07 August 2009

Berkelana dalam Dinginnya Coban Pelangi,Tumpang, Malang

Catatan perjalanan wisata alam Minggu, 20 Juli 2009

Tempat wisata alami yang terletak di wilayah Tumpang, kabupaten Malang. Wisata alami yang terletak di sebelah timur kota Malang dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam ini menampilkan pesona air terjun yang sangat menawan. Entah mengapa tempat wisata alam ini diberi nama Coban Pelangi. Bisa jadi karena di saat yang tepat, seringkali muncul seberkas pelangi di dekat air terjun tersebut. Maka dari itu disebut sebagai Coban Pelangi.

Perjalanan menuju ke lokasi wisata ini melewati wilayah Poncokusomo yang dikenal dingin, dan merupakan sentra penghasil buah apel (selain Batu) sangat menyejukkan pemandangan mata selama perjalanan berlangsung.

Di pintu gerbang wilayahPoncokusumo, menuju arah ke Coban Pelangi, para wisatawan diminta untuk "memberi sumbangan" kepada kas desa tersebut.

Untuk kendaraan roda 2 dikenakan

sumbangan sebesar Rp 500,-

Usai melewati "gerbang wilayah" tersebut dilanjutkan dengan perjalanan ke arah timur dengan kiri-kanan lahan perkebunan. Yang tampak dominan adalah kebun apel. Jalan berukuran relatif sempit dan beraspal, mengantarkan wisatawan menuju wilayah berhawa dingin.

Kira-kira sekitar lima belas menit kemudian akan tampak jalan beraspal yang sudah rusak. Istilah orang sekitar adalah "jalan makadam" dimana wujud jalan ini adalah bebatuan yang di atur sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai jalan lalu-lintas. Dari sana sekitar 5 menit kemudian akan tampak papan pengumuman selamat datang yang menunjukkan tempat wisata bernama Coban Pelangi.

Di pintu masuk, pengunjung ditarik biaya masuk tempat wisata sebesar Rp 3.100,- (bisa jadi di hari biasa tarifnya berbeda. Kebetulan saat kami menuju lokasi ini di saat hari Minggu). Perjalanan dimulai melalui jalan setapak yang telah ditata sedemikian rupa. Jadi jalan ini tidak tampak terlihat sempit. Jika dilewati serombongan orang-orang dengan berjajar 3-4 orang masih muat. Jalan menurun yang tidak begitu terjal sangat memudahkan pengunjung untuk sesaat menikmati pemandangan hijau dari pepohan alami yang terhampar. Aneka semak belukar, pepohonan yang cukup besar sangat banyak terlihat sepanjang perjalanan.

Jalanan setapak yang menurun ketika beranjak menuju lokasi air terjun Coban Pelangi tak menyurutkan hasrat ketika tampak ada penjaja makanan ringan yang sedang menunggu pembeli untuk membeli sedikit camilan ataupun minuman ringan. Di dalam gubuk yang sederhana itulah mereka menjajakan barang dagangan yang kebanyakan berupa makanan/minuman ringan.

Selang sekitar 20 menit kemudian tampak menyeruak diantara sungai yang mengalir adalah sebuah jembatan bambu yang dirancang sedemikian rupa, sehingga tampak kokoh di atas permukaan air sungai. Usai melewati jembatan, pengunjung dihadapkan dengan sebuah batu besar di ujung jembatan, dan diharuskan melewati batu tersebut. Karena itulah satu-satunya jalur menuju ke arah air terjun. Usai melewati batu tersebut, jalanan setapak mulai menanjak. Cukup terjal juga, jadi harus pintar-pintar memilih pijakan kaki untuk sampai di alur jalanan setapak berikutnya. Kemudian tampak di kiri-kanan jalan setapak itu adalah rindang semak-belukar dan pepohonan yang sangat rimbun. Yang nampak menimbulkan kesan rindang, meskipun terik matahari mulai menyeruak di balik gumpalan awan yang menggumpal. Tidak jarang, kami berpapasan dengan serombongan pengunjung lain yang mau pulang dengan menjinjing sandal yang mereka pakai. Tampak kaki-kaki kotor terkena lumpur ataupun tanah. Namun keceriaan tampak di sela-sela keringat kelelahan.

Sepuluh menit kemudian tampak gemuruh suara air terjun menyambut kami setelah melewati sebuah tikungan yang ada di balik sebuah bukit terjal. Dan ternyata, benar...!! Sebuah air terjun yang tertutup bayangan bukit.

Gambar disamping inilah sebuah coban (air terjun) yang dikenal dengan nama Coban Pelangi.

Air terjun yang boleh dikatakan masih alami, belum terjamah adanya "pembangunan" manusia. Ketika berada di dekat air terjun ini terasa seperti memasuki "dunia lain". Sangat mempesona...

Rindang pepohonan yang belum banyak terusik, jalanan terjal ketika hampir mencapai lokasi air terjun adalah hal-hal yang bisa kita jumpai di sini. Benar-benar suasana alam yang luar biasa....yang bisa "menyembuhkan" penat dari kehidupan kesibukan rutinitas sehari-hari.



Tatkala berada di bawah air terjun ini terasa angin kencang yang dihembuskan dari efek air terjun sangat kencang. Butiran-butiran lembut sang air seketika menerpa wajah. Brr....sangat dingin. Nuansa kesegaran datang menghampiri. Bahkan bukan hanya segar, bisa dikatakan dingin. Air sungai hasil jatuhnya air terjun itupun teramat sangat dingin. Jika ujung kaki kita baru saja menyentuh air sungai tersebut, terasa sangat dingin. Apabila kita tetap merendam kaki kita di aliran sungai tersebut, lama-kelamaan tidak akan terasa dingin lagi. Banyak bebatuan yang berserakan di sekitar air terjun ini. Batu besar atupun kecil banyak yang berserakan. Tak banyak hewan-hewan yang dapat diketahui hidup. Saya beruntung menemukan sekelompok kecebong yang sedang berkumpul d salah satu sudut bawah batuan yang besar. Sebab, ternyata masih ada sejenis hewan yang dapat bertahan hidup di dinginnya air seperti itu.


Gambar berikut menunjukkan betapa dahsyatnya hempasan air terjun Coban Pelangi yang tepat berada di belakang kami. Hembusan angin beserta embun sangat keras membuat kami bertahan dengan menggigil di depan air terjun ini. Saking kuatnya hembusan embun yang dihasilkan terjun ini,pakaian yang kami kenakan sampai basah. Padahal itu baru terkena hembusan embunnya saja! Bebatuan yang berada didekatnya pun sudah banyak ditumbuhi lumut, sehingga harus hati-hati ketika melewatinya, karena licinnya batu.


Kemudian, mungkin inilah sedikit keberuntungan yang dapat kami peroleh. Secara tidak sengaja, ketika ada secercah cahaya mentari menyinari sekelompok tumbuhan di dekat kami, sekilas tampak ada selarik pelangi tipis di dekat kami, dan berhasil diabadikan salah satu di antara kami. Sempat sebelumnya, kami cari "pelangi" tersebut di sebelah atas, alias di dekat air terjun. Namun tidak pernah kami menjumpainya. Tatkala akan bergegas kembali, ada selarik pelangi kecil. Mungkin inilah penyebab, mengapa dinamakan Coban Pelangi. :)


Karena berembun yang teramat sangat, desiran angin sangat kencang, membuat sandal-sandal kami menjadi basah. Daripada membuat kami terjatuh karena licinnya medan, kami semua melepas semua sandal dan "memarkirkannya" di sebuah batu. Kami sama sekali tak beralaskan kaki apapun! Demi menjaga keseimbangan dan keselamatan kami selama perjalanan di dekat air terjun. Dan tidak disangka, warna sandal kami kok sama ya? HItam semua!!! Padahal tidak janjian pakai sandal hitam lho...hihihii....


Inilah saya, ketika berpose seolah-olah menelan air terjun. Hehehehee.....sayang posisi saya kurang tepat sedikit. Namun tidak apa-apa, yang penting saya puas dengan hasil foto ini. Sesuai dengan apa yang saya harapkan....hehehehe....








Trio 101. Hehehe...para petualang yang baru merampungkan "misinya" menjelajahi Coban Pelangi yang berada di kawasan Tumpang, Malang. Dengan tekad membaja, akhirnya sampai juga di tempat terpencil, dimana sinyal-sinyal operator handphone tak ada yang bisa menembus kawasan itu.

Meski demikian, tak ada sinyal, kepuasan mencapai kawasan wisata alam Coban Pelangi di Tumpang, Malang, tak dapat dilupakan begitu saja. Suasana dan keakraban yang segar niscaya akan selalu teringat selamanya....sampai kapanpun....

1 comments:

Anonymous said...

komen...komen...