20 May 2008

Jelang FESTIVAL MALANG KEMBALI 2008 - Sejenak Menyimak Kisah Masa Silam

Waktu menunjukkan sekitar satu hari lagi, tepatnya tgl. 22 Mei 2008 adalah hari dimana Festival Malang Kembali 2008 akan kembali digelar. Dibalik hingar-bingar dan segala persiapan yang dilakukan oleh panitia,tidak salah apabila kita melihat ke belakang, tentang latar belakang Malang itu sendiri. Beragam kisah tentang Malang telah terurai di berbagai media, baik di buku pelajaran maupun yang lain. Sebagai salah satu bekas wilayah yang berpengaruh di masa lalu, Malang memang memiliki sejumlah peninggalan yang patut dibanggakan. Ada peninggalan2 yang sampai saat ini bisa dilihat oleh generasi masa kini. Namun tidak sedikit pula peninggalan2 masa lampau yang telah "hilang" atau dialihfungsikan keberadaannya. Memang sayang sekali keberadaan peninggalan2 tersebut yang sejatinya bisa membuat rasa kebanggaan bagi warganya, telah "lumat" diterjang jaman. Tapi ada pula peninggalan2 masa lalu yang telah dipercantik bentuk fisik/fungsinya, sehingga pemanfaatannya bisa dipergunakan sesuai dengan kondisi jaman masa kini.
Berikut adalah gambar2 yang saya dapat dari berbagai sumber. Namun saya tidak dapat menyebutkan darimana asal sumber tersebut karena didapat dari koleksi "copy-paste" dari temannya-kawan,kawannya-teman,temannya-teman, kawannya-kawan saya.... :)

Aloon-Aloon Hotel (1925)
Nama "Alo
on-Aloon" inilah yang melegenda hingga sekarang. Dimana ini seiring dengan perkembangan jaman berubah menjadi nama "Alun-alun". Alun-alun yang berada di Malang ini pula yang sampai saat sekarang masih tetap ada dan tetap dipertahankan keberadaannya. Ada yang menyebut namanya dengan sebutan "Alun-alun kota". Sempat beberapa waktu yang lalu akan "dirombak" sedemikian rupa dengan membangun sebuah pusat perbelanjaan yang berada di bawah alun-alun ini. Hal ini sempat mendapat tentangan keras dari berbagai pihak dan golongan. Sehingga rencana inipun urung dilakukan. Bila menyimak gambar tersebut di samping ini (bagi warga Malang), pasti tidak asing lagi. Yup, betul! Gambar ini adalah gambar suasana kota Malang , tepatnya di Jl. Merdeka Barat. Gambar yang terlihat seperti diapit 2 menara itu adalah gambar Hotel Pelangi (sekarang). Meskipun sekarang telah mengalami sedikit perubahan, namun tidak banyak merubah karakter dari bangunan dan fungsi bangunan tersebut.

Masjid Agung Jami' Malang
Masjid Agung Jami' Malang, atau biasa disebut Masjid Jami' adalah salah satu bangunan bersejarah yang keberadaannya sangat diperhatikan hingga saat ini. Karena masjid inilah menjadi pusat segala sesuatu yang terjadi dengan peristiwa/kejadian yang berkaitan dengan kegiatan umat Islam wilayah Malang Raya bermula. Misalnya, penentuan lebaran, dll. Masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun kota. Tepatnya berada di Jl. Merdeka Barat. Tampak di sini perkembangan wujud bangunan masjid tersebut dari tahun 1910 yang tampak "sederhana". Namun untuk masa itu bangunan itu tampak sebagai bangunan yang megah di masa itu. Terlihat pohon beringin yang daunnya tidak serimbun seperti yang tampak pada saat ini.

Gambar disamping ini juga gambar dari Masjid Agung Jami' Malang. Yang ini adalah diambil pada tahun 1925. Dimana tampak adanya sedikit perubahan yang terjadi pada bangunan ini. Terlihat jelas adalah penambahan pagar di depan masjid dan tampak para jamaah sedang keluar dari masjid tersebut. Dua menara yang menjadi ciri khas masjid tersebut masih tetap dipertahankan sehingga sekilas tampak tidak adanya perubahan yang mencolok pada masjid ini di tahun 1910 dan 1925.


Sedangkan gambar di samping ini adalah gambar dari Masjid Agung Jami' Malang yang diambil di tahun 1947. Di mana pada saat ini masih terjadi pergolakan di masa2 perjuangan RI. Begitu nampak asrinya suasana sekitar masjid tersebut menunjukkan bahwa di Malang boleh dikata dalam kondisi yang "adem-ayem". Tak tampak adanya semacam pergolakan senjata pada masa itu. Memang pada saat pendudukan Belanda, Malang "didisain" menjadi wilayah tetirah/peristirahatan. Karena letak geografis, kondisi alam dan hawanya yang dingin sangat mendukung untuk dijadikan semacam wilayah peristirahatan. Maka jangan kaget, kalau di Malang terdapat banyak bangunan2 bergaya Eropa yang didirikan pendudukan Belanda. Di masa ini, terlihat adanya perubahan arsitektur pada masjid ini. Terutama yang terlihat jelas pada kedua menaranya yang dibangun lebih tinggi dibanding tahun 1925. Sehingga nampak lebih anggun dan kokoh.
Yang nampak jelas persamaan di ketiga gambar tersebut adalah penataan tata ruang kota yang sangat teratur, bersih dan rapi. Maka terlihat bahwa pemerintah kota saat itu sangat memperhatikan akan keasrian, keteraturan dan keindahan kota.

Sedangkan gambar disamping ini merupakan gambar tampak (lebih) dekat dari Masjid Agung Jami' Malang di bulan Januari tahun 1948 (diketahui dari tulisan yang terdapat dalam pengambilan gambar di foto tersebut). Tidak jelas siapa yang mengambil gambar masjid ini. Namun disini terlihat bahwa pada masa ini tampak tidak banyak perubahan arsitektur yang terjadi pada masjid ini. Tetap mempertahankan arsitektur yang ada. Sekali lagi, tampak asri dan teraturnya suasana kota masa itu...






Hotel Jansen (1910)
Berlokasi di alun2 kidul (kini Jl. Merdeka Timur). Pada tahun 1920 hotel tersebut dihancurkan dan diganti menjadi gedung pertokoan, dan saat ini berubah menjadi pertokoan Mitra I dan Gajah Mada Plaza.
Nampak sekali suasana tradisionalnya masih kentara. Dilihat dari kendaraan tradisional dokar, yang masih menunggu penumpang di pinggir jalan.




Gedung Concordia (1935)

Gedung Concordia (sekarang pusat perbelanjaan Sarinah) merupakan gedung pertemuan yang sangat besar. Sedemikian strategisnya letak gedung ini membuat peran gedung ini sangat penting. Tepatnya terletak di ujung pertemuan Jl. Merdeka Utara dan Jl. Merdeka Barat (masih di kawasan alun-alun kota). Para pejuang (juga para pelajar-pejuang), pada masa-masa perjuangan kemerdekaan, juga sempat mengadakan pertemuan di tempat ini.

Gereja Kajoetangan
Gambar disamping ini adalah Geredja Kajoetangan yang belum bermenara awal 1905.
Gereja Hati K
udus Yesus yg masih belum bermenara ini lebih dikenal dengan nama Gereja Kayutangan dan didirikan tahun 1905 oleh arsitek MJ. Hulswit (1862-1921) berdiri di lokasi Jalan Kayutangan, yg sekarang menjadi Jalan Basuki Rahmad. Bila dirunut menurut letak, di sebelah kiri gereja ini adalah letak dari gedung Concordia di masa mendatangnya.


Disamping ini juga adalah gambar dari bangunan Gereja Kajoetangan yang telah bermenara. Menurut keterangan, gambar ini diambil pada tahun 1934. Dimana gaya arsitektur Eropa sangat kentara sekali diperlihatkan pada gereja ini. Perubahan yang sangat signifikan dapat terlihat pada pintu masuk gereja telah berdiri menara kembar yg dibangun pada tahun 1923-1926. Di seberang depan gereja ini juga terdapat Toko "OEN" yg legendaris, dan sekarang masih buka dan menjadi langganan tetap para bule-bule untuk makan dan minum ketika singgah di kota Malang.
Sedangkan gambar di samping ini adalah diambil dari salah satu sudut kawasan pertokoan Kayutangan di sekitar tahun 1948. Di latar belakang tampak berdiri gereja Kayutangan dengan kedua menara kembarnya. Nampak terlihat suasana keramaian di sekitar kawasan ini. Dimana dokar menjadi salah satu jenis angkutan yang ramai dipergunakan. Nampaknya aliran listrik sudah dikenal di masa ini (terlihat jelas tiang listrik berdiri kokoh di pinggir jalan).


Geredja Protestan (1940)

Demikianlah nama bangunan gereja ini disebut. Terletak di alun2 bagian barat (Jl. Merdeka Barat) dan didirikan tahun 1912 dari bekas gereja lama yang didirikan tahun 1856.
Nampak dilatarbelakangi oleh bangunan Masjid Agung Jami' Malang.







Penjara Aloon2 Timoer (1910)
Penjara yg dulu berada di jalan Merdeka Timur ini didirikan tahun 1829, dan sekarang telah menjadi Ramayana Mall. Bentuk kawasan pusat kota ini memang sesuai dengan kultur penyesuaian adat Jawa. Dimana di pusat kota terdapat alun-alun yang dikelilingi oleh pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, tempat ibadah (dalam hal ini diwakili oleh keberadaan Masjid Agung Jami', Gereja Protestan, Gereja Kayutangan), dan penjara. Letak penjara di masa ini adalah terletak di kawasan sebelah timur alun2 ini.


Kawasan Pertokoan Kayutangan
Tampak Jalan Kayutangan yg masih bernuansa pedesaan, tidak ada kendaraan modern dan terlihat banyak orang yg masih memakai pakaian "jadul" (= jaman dulu). Terlihat kawasan ini masih banyak ditumbuhi banyak pohon, sehingga tampak rindang.







Gambar di samping ini adalah salah satu sudut Jalan Kayutangan di tahun 1939. Nampak sudah banyak toko-toko makanan, minuman, pecah belah, tekstil dll. Sudah ada mobil yang lalu-lalang pada masa itu.








Gedung Kembar di Perempatan Kayutangan

Berlokasi di perempatan Kayutangan yg didirikan tahun 1935 dan diarsiteki oleh Karel Bos. Merupakan pusat kawasan keramaian di Malang saat itu (hingga sekarang).



Gedung Kembar (sebelah kanan), menurut keterangan, gambar ini diambil sekitar tahun 1936.









Gedung Kembar (sebelah kiri), menurut keterangan, gambar ini diambil sekitar tahun 1936. Dulu adalah toko mas 'Juwelier Tan' dan kini berganti menjadi kantor Bank ANK.








Hotel Mabes di tahun 1936. Berada di seberang depan gedung kembar kanan, dan terlihat gedung Hotel Mabes dan Apotek MIM (kini ditempati Toko Mainan Lido, dengan tidak merubah bentuk bangunannya). Pada tahun 1950 gedung ini berfungsi sebagai Hotel YMCA, dan setelah bangunannya dihancurkan dan saat ini kantor Bank BCA yang menempati lokasinya.




Pertigaan Kayutangan (1940)

Jam kuno yg tampak dalam gambar beserta penunjuk arah kota/daerah, sampai saat ini masih ada (dengan latar belakang sekarang gedung PLN sekarang). Oleh PLN, arsitektur bangunan tetap dipertahankan, hanya merubah warna gedung saja yang dilakukan. Sehingga gedung tampak lebih "fresh". Inilah tempat 0 km dari kota Malang.





Sedangkan gambar di samping ini adalah salah satu sudut pengambilan gambar dari 0 km kota Malang yang diambil di bulan Januari tahun 1948. Nampak tidak banyak perubahan yang terjadi jika dibandingkan dengan gambar di atas. Dilatarbelakangi gedung berwarna putih tersebut (sekarang) menjadi sebuah toko swalayan "Avia". Pihak toko pun tidak banyak merombak total arsitektur gedung tersebut. Agar disesuaikan dengan perubahan jaman, hanya pengecatan yang dilakukan oleh pihak toko, dan sedikit memberi variasi arsitektur dengan memberikan kaca di depan toko.









Tjelaket (Claket - Februari 1948)
Gambar di latar belakang bertanda palang merah tersebut adalah cikal bakal berdirinya sebuah rumah sakit terbesar kedua di Jawa Timur, yakni Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang (sekarang). Penataan sedemikian rupa ini rupanya telah dilakukan oleh pemerintah kota waktu itu (mungkin oleh pemerintah Hindia Belanda ya??). Sehingga kawasan Kayutangan menjadi kawasan penting, dan menjadi poros kota sampai sekarang.








Sumber : - www.djawatempodoeloe/multiply.com
- (temannya kawan/kawannya teman/temannya teman/kawannya kawan, coz tidak

diketahui asal-usul beberapa gambar ini)

0 comments: