26 May 2008

MALANGKEMBALI 2008,Satu Tradisi Sejuta Aksi

Gelaran atjara MalangKembali tahoen 2008 telah dihelat kembali. Bertempat di Djalan Besar Idjen atjara ini disamboet dengan antoesias oleh para pelantjong domestik dan pendatang. Ada poela pelantjong loear negeri jang tampak menikmati soeasana di sini. Dengan tidak dikenakan biaja masoek arena, pendoedoek banjak jang berdatangan. Sangat ramai sekali disana. Sehingga banjak jang saling berdesak-desakan. Gelaran kali ini meroepakan rangkaian dari tahoen-tahoen sebeloemnja. Bagi jang beloem dapat menjaksikannja setjara langsoeng, semoega gambar-gambar berikoet ini dapat mewakili penawar rindoe bagi warga Malang (khoesoesnja), dan masjarakat loeas pada oemoemnja...

Boewat Semoea Pendoedoek Seantero Negri. Begitoelah salah satoe boenji spandoek jang menjamboet gelaran tahoenan Malang Kembali 2008 jang ditempatkan di Djalan Besar Idjen Malang. Kali ini, tema jang diangkat adalah "Satu Tradisi Sejuta Aksi". Atjara ini melibatkan banjak peserta. Stand-stand beroepa goeboek-goeboek rejoet banjak didirikan di sepandjang kiri-kanan djalan. Hampir semoeanja beroepa stand makanan-minuman "tempo doeloe". Semisal nasi petjel, gudeg, rawon, djadjanan pasar, es dawet, dan laen-laen.
Tak terketjoeali, semua stand diserboe para pengoend
joeng jang kesemuanja djalan kaki. Alhasil, doea djaloer oetama Djalan Besar Idjen poen dipenoehi riboean pengoendjoeng jang saling berdesakan dan berhimpitan. Di malam jang tampak mendoeng itoepoen seolah tak dihiraoekan oleh semoea jang hadir. Semoea laroet dalam kegembiraan tiada tara bagi jang menontonnja. Gelaran jang semingkin laroet semingkin ramai.
Seperti gambar photo disamping ini. Nampak dipenoehi para pengoendjoeng. Di salah satoe bagian depan stand, ada sematjam photo-photo djaman doeloe jang tampak dipasang asal-asalan. Meski demikian, seolah tak menghiraoekan miringnja gambar/toelisan terseboet, pengoendjoeng tetap datang oentoek menghampirinja. Lihat, tampak pelantjong toea-moeda saling berkoempoel. Ada jang berpakaian model masa kini. Adapoela jang berpakaian dengan model tempo doeloe.
Lihat, ada gadis tempo doeloe lewat...!!!


Sedangkan gambar disamping kiri ini adalah salah satoe stand radio swasta di kota Malang. Radio ini salah satoe radio jang tetap melakoekan kegiatan siarnja setjara langsung dari arena MalangKembali di djam-djam tertentoe. Mereka djoega membawa segala peralatan oentoek melakoekan kegiatan siarnja. Maka segala kedjadian dapat disiarkan setjara langsoeng, saat itoe djoega. Soenggoeh, kemadjoean teknologi jang sangat hebat...




Ini salah satoe diorama jang berisikan tentang asal-moela berdirinja kota Malang. Nampak sekilas, beberapa lambang kota Malang moelai jang pertama dengan sembojan "Malang Nominor Sursum Moveor" (Malang nama saja, madjoe toedjoean saja). Kemoedian ada lambang seperti boeroeng garoeda dengan sembojan jang sama dengan di atas. Setelah itoe beroebah mendjadi gambar toegoe dengan latar belakang gambar bintang, dengan sembojan baroe "Malang Kucecwara" (Toehan menghantjoerkan jang bathil), dan digoenakan sampai sekarang. Sedang gambar di bawahnja adalah gedoeng balaikota jang diboemihangoeskan para pedjoeang RI, agar tidak ditempati pendjadjah Belanda waktoe itoe.
Dengan sorot lampoe jang temaram, namoen tetap bisa dilihat, dibatja, dan dipotret! (seperti iklan ja...??? :) )



Sedangkan gambar disamping ini adalah diorama peninggalan dari Keradjaan Singhasari (sekarang Singosari) jang beroepa tjandi. Lihat, betapa antoesiasnja para pelantjong jang ingin dipotret dengan gambar latar belakang itoe. Sekoempoelan anak moeda-moedi nampak mengambil gaja masing-masing. Mereka saling bereboet oentoek mendapat gambar latar jang bagoes. Sehingga terkadang memboeat pelantjong jang lain haroes menoenggoe terlebih dahoeloe.



Tidak kalah, seboeah bank nasional poen toeroet andil dalam menjamboet gelaran Malang Kembali 2008 ini. Dengan beratapkan daoen kelapa kering, mereka djoega menampilkan beberapa photo sedjarah berdirinja bank tersebut, djoega tentang sedjarah Malang. Para pendjaga stand poen djoega menghias diri dengan memakai pakaian tempo doeloe.






Sedangkan gambar disamping ini adalah ketika sekoempoelan orang-orang jang melihat topeng monjet. Dengan latar belakang diorama pasar petjinan (sekarang mendjadi Pasar Besar Malang). Lihat, para pelantjong sangat senang melihat pertoendjoekan jang "dibintangi" oleh seekor monjet. Hiboeran jang sangat diminati para pendoedoek domestik maoepoen dari pendatang...





Inilah kelompok moesik anak moeda tempo doeloe! Mereka menjanjikan lagoe-lagoe lama dengan pakaian bercorak garis-garis. Ada alat moesik oekoelele adalah cirinja. Dengan penjanji perempoean, mereka menghiboer pelantjong jang terdengar sjahdoe sekali...
Namoen, ada jang oenik disini! Coba tebak!
(Kalaoe beloem tahoe), perhatikan penjanji perempoeannja. Boesana jang dia pakai sangat tempo doeloe sekali. Tapi sepatoe jang dia pakai sepatoe kets!! Tidak matching sama sekali....
Waakakakakakaakaaa...... :))


Naah... jang ini moerni hiboeran tradisional peninggalan dari djaman leloehoer. Hampir-hampir tergeroes oleh djaman, kesenian ini dipertoendjoekkan di salah satoe panggoeng. Ada sekitar 4 orang sinden jang menjanjikan tembang-tembang Djawa dengan diiringi seperangkat alat musik tradisional. Seperti gamelan, kenong, kempoel, sitar, dll. Dengan latar belakang gambar tjandi peninggalan keradjaan Singhasari, sangat membawa soeasana masa lampaoe....



Inilah peninggalan masa lampaoe jang masih dapat dipakai hingga sekarang! :)
Sandal djepit vs sandal koelit ala bangsawan. Tidak sedikit penggoena kedoea djenis sandal ini di masa sekarang. Terboekti, banjak sekali sandal-sandal djepit jang poetoes d arena Malang Kembali....hihihii....

0 comments: