Catatan Perjalanan, Kamis 24 September 2009
Nama Kondang Merak, mungkin masih agak asing di telinga beberapa diantara kita. Namun bagi yang suka menjelajah, mungkin bukan nama yang aneh. Yup, ini adalah nama salah satu pantai wisata yang berada di wilayah Malang bagian selatan. Tempat wisata alami ini masih belum dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah setempat. Sebenarnya, lokasi pantai ini tidak begitu jauh dari pantai wisata "tetangga" yang sudah terkenal, Pantai Balekambang.
Yup, Pantai Balekambang sudah cukup terkenal, dan cukup menggoda untuk mengunjunginya.
Perjalanan yang cukup menyita konsentrasi. Karena selama perjalanan (yang memang searah dengan pantai Balekambang) banyak pelancong yang berkendara sepeda motor berpapasan. Jadi harus ekstra hati2 ketika hari libur tiba. Namun cukup menyejukkan mata yang memandang, karena banyak sekali pepohonan atau aneka tumbuhan yang dapat dilihat selama berkendara. Benar2 menyejukkan mata. Jalanan yang berukuran cukup sedang tersebut, terkadang terdapat bagian yang telah terkelupas lapisan aspalnya. Sehingga menimbulkan lubang2 di sana-sini. Jalanan berkelak-kelok pun menjadi medan yang harus ditempuh menuju pantai di wilayah selatan Malang ini.
Tidak seberapa jauh dari gerbang menuju pantai Balekambang, terdapatlah pertigaan ke arah barat. Terdapat papan petunjuk sederhana bertuliskan "Pantai Kondang Merak". Yang unik adalah jalanan menuju ke arah pantai ini berupa bebatuan yang telah diatur sedemikian rupa yang berwarna putih kekuningan. Meski jalanan bebatuan, namun pengendara diharuskan berhati-hati ketika berkendara disini. Lubang-lubang jalanan dan bebatuan menjadi beberapa tantangan ketika melewati jalanan ini. Jalanan berwarna putih kekuningan, namun di kiri kanannya terdapat hijaunya aneka tetumbuhan beragam ukuran dan jenis. Sangat kontras sekali.
Dari pertigaan tadi menuju ke arah pantai Kondang Merak tadi, perjalalanan harud ditempuh kurang lebih sekitar 20 menit. Seperti di dalam 2 foto ini, salah satu sepeda motor kami mengalami gangguan pada rantainya. Karena harus menyesuaikan kecepatan diantara "liarnya" jalan bebatuan tersebut. Ada tanjakan, turunan, lubang-lubang di jalanan, bebatuan.
Saat itu kami di tengah teriknya mentari sedang berkendara dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba rantai salah satu kendaraan kami lepas. Dengan disinari teriknya matahari,kami segera memperbaiki posisi rantai tersebut. Cukup memakan waktu juga untuk memperbaiki posisinya. Untungnya kami membawa peralatan mekanik darurat, sehingga perjalanan dapat segera dilanjutkan kembali.
Usai memperbaiki posisi rantai, kami segera melanjutkan petualangan kami menuju pantai Kondang Merak. Seperti kondisi di pertigaan, jalanan bebatuan yg telah diatur sedemikian rupa cukup memberi petunjuk arah menuju lokasi tujuan kami. Tak berapa lama kemudian, rantai di kendaraan kami terlepas lagi. Sehubungan daruratnya peralatan mekanik yang kami bawa saat itu, pembenahan rantai itu (lagi) sifatnya hanya sementara saja. Dan direncanakan setelah pulang nanti, mampir ke bengkel yang mempunyai peralatan lebih lengkap untuk diservis. Usai melewati tantangan, akhirnya sampailah kepada arah akhir tujuan kami.
Tampak jalanan yang pernah beraspal dan telah mengelupas di berbagai bagian badan jalan telah memberikan petunjuk, bahwa tempat ini dulunya pernah "dipermak" agar lebih mudah akses transportasinya. Namun sekarang kondisinya sungguh menyedihkan. Tatkala melewati gerbang pintu masuk, bentuknya yang seperti gapura sudah rusak di banyak bagian. Namun di tengah rindangnya hijau pepohonan yang menyambut kami, membuat panasnya sang surya tidak terasa lagi.. Sampailah kami di pintu masuk pantai Kondang Merak yang berbentuk portal, dan dijaga 4 orang petugas. Kami berempat membayar harga tiket masuk masing-masing seharga Rp 3.000,00. Di suasana pantai yang sedemikian itu, terdengar deburan ombak yang menggelora dan hembusan angin dari laut yang terasa, ketika kami datang.
Pantai Kondang Merak, demikianlah nama pantai ini. Pantai yang terletak di wilayah Malang selatan ini tampak tidak/belum "disentuh" dengan pengelolaan yang bagus dari pemerintah setempat. Jadi yang tampak adalah segala fasilitas yang terkesan "seadanya". Bayangkan saja, pintu masuknya berupa sebatang kayu panjang yang tampak lusuh. Hanya terlihat 1 warung makan ketika kami melintas di salah satu rumah penduduk. Penduduk? Ya, yang tampak selama kami menjelajah tampak sederet rumah sederhana penduduk yang nampaknya berprofesi sebagian besar sebagai nelayan. Kami cukup terkesima juga dengan keadaan dan kondisi pantai yang jauh dibandingkan dari hingar-bingarnya pantai yang begitu ramai pengunjung. Pantai ini boleh dikata masih sepi pengunjung, namun memiliki pemandangan yang elok dan bagus. Terlihat masih alami dan asri. Tanpa banyak "sentuhan dan jamahan" manusia. Sungguh mirip terasa di sebuah pulau nan jauh disana. Beberapa batu yang besarnya kira-kira sebukut di perairan tersebut membentuk pulau kecil. Yang sekilas mirip sebuah bukit di laut.
Saat kami ke sana, tak banyak wisatawan yang hadir di sana. Boleh dikatakan hanya sedikit yang tahu akan keelokan dan keindahan pantai Kondang Merak ini. Hamparan pasir putih, dan hamparan kulit-kulit kerang maupun keong banyak bertebaran di pantai ini. Sehingga bagi yang mempunyai hobi mengumpulkan kulit kerang maupun keong sangat bagus untuk berburu disini. Tinggal jalan-jalan, sambil pilih-pilih lalu ambil. Mudah sekali....
Beraneka warna (namun didominasi warna putih) kulit-kulit kerang/keong dengan beragam ukuran, motif dan corak pasti sangat memanjakan para pemburu kulit mahluk laut ini.
Ombak yang bergelora menuju arah pantai inipun tidak begitu besar. Bahkan boleh dikatak, berombak kecil. Tapi, jika berenang sampai batas agak ke tengah laut, jangan ditanya lagi. Dari jauh saja tampak ombak besar menghempas keras. Untungnya sebagian ombak-ombak tersebut masih "ditahan" oleh beberapa pulau kecil yang nampak di seberang pantai Kondang Merak ini. Jadi, ketika ombak sampai ke pantai ini, riak gelombangnya menjadi kecil. Jadi pengunjung bisa agak leluasa untuk melakukan aktivitas di pantai. Misalnya, bermain pasir, berenang, voli pantai, dan lain sebagainya.
Ketika kami ke sana, nampak terlihat perahu-perahu nelayan yang sedang ditambatkan. Ada sekitar 15 perahu yang sedang ditambatkan di sana. Bisa jadi, para nelayan baru saja berlayar menyusuri laut dan baru kembali ke pantai, dan kembali ke laut di malam harinya.
Namun sayang teramat sayang. Potensi wisata yang sangat bagus di tempat ini masih belum dikelola oleh pemerintah setempat. Sangat ironis sekali. Di sebelah pantai ini, pantai Balekambang, sangat ramai pengunjung. Namun disini, hanya segelintir orang saja yang menikmati suasana pantai selatan Kabupaten Malang.
Dalam kesempatan kali ini, kami melakukan perjalanan menyusuri pantai dengan jalan kaki. Menyurusi sepanjang pantai ini, akhirnya terlintas ide di antara kami untuk menjelajah ke arah timur, yakni ke arah pantai Balekambang. Kami mengikuti jalan darat yang hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Berempat kami berjalan beriringan, karena sempitnya jalan setapak yang harus kami lalui. Semak belukar pun menjadi pemandangan yang bukan aneh lagi bagi kami yang terbiasa berhadapan dengan komputer. Yang biasanya sering melihat melalui layar monitor komputer, sekarang benar-benar merasakan kesegaran alami udara dan sentuhan-sentuhan dedaunan diantara kaki maupun badan kami. Hmmm...sungguh pengalaman menarik. Sebenarnya, maksud kami menjelajah hutan adalah menuju ke pantai Balekambang. Namun apa boleh dikata, di tengah rapatnya dedaunan dan tumbuhan, kami kehilangan jalan setapak yang menjadi pemandu kami menuju pantai sebelah. Akhirnya, diputuskan untuk kembali ke pantai Kondang Merak lagi melalui jalur yang sama ketika kami berangkat.
Jalan setapak yang kami lalui sebenarnya jalan yang mudah dilewati dengan jalan kaki. Jadi, terkadang ada duri diantara dedaunan. Jalanan berkelok-kelok akhirnya berujung ke sebuah jalan dimana kami berawal masuk hutan. Kemudian,
kami berempat perlahan-lahan menyusuri pantai Kondang Merak. Eehhh..nggak tahunya, kami berpapasan dengan seorang wisatawan mancanegara bersama seorang guide-nya.
Suatu hal yang tak terduga, bahwa kami dapat bertemu dengan wisatawan asing di pantai yang tergolong "sepi" ini. Sempat kami mengobrol dengan wisatawan ini. Dia bernama Mr. Joe, berasal dari salah satu negeri di benua Eropa, yakni Inggris. Dia memang sedang berwisata di sini bersama seorang pemandu.
Tak jauh dari kami bertemu Mr. Joe, kami menemukan bangkai yang telah dikerubuti beberapa lalat. Yah...setelah diamati dari dekat, nampak seperti ikan lumba-lumba yang telah mati. Bau yang sangat menusuk hidung membuat kami segera untuk menjauhinya. Kami biarkan ikan itu teronggok di sana, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju ke arah barat pantai.
Nampak di ujung pantai ada sebuah bukit yang tinggi menjulang. Di bawahnya nampak bertumpuk-tumpuk kulit kerang dan keong terhampar dimana-mana. Yang menjadi daya tarik, di bagian bawah bukit ini ada sebuah celah yang lumayan sulit untuk melewatinya. Karena ada beberapa bagian batu yang tajam dan lancip. Jadi kami harus hati-hati untuk melewatinya. Usai melewati bagian tersebut, kami sungguh terpana dengan pemandangan indah yang kami lihat. Bagaikan sebuah lukisan yang terbentang langsung di depan kami. Ternyata kami berada di sebuah celah bukit dengan hamparan laut dengan ombak yang relatif kecil. Celah bukit itu sekilas mirip sebuah gua meski tidak menjorok terlalu dalam. Masih sama dengan di celah ketika kami masuk ke sini, bebatuan yang lumayan tajam dan lancip banyak terdapat di sini. Jadi tidak begitu berbahaya bagi kami untuk turun ke bawah.
Kami pun menikmati pemandangan dan suasana yang tidak kami dapat dalam kehidupan sehari-hari saat itu. Deburan ombak di kejauhan, desiran angin yang cukup keras menerpa wajah-wajah kami yang tidak merasakan rasa lelah yang mendera.
Usai menikmati suasana pemandangan alam yang begitu menawan dalam celah bukit, kami bergegas untuk kembali lagi ke celah dimana kami masuk. Karena matahari mulai bergerak ke arah cakrawala petang. Pertanda kami harus segera pulang kembali ke rumah masing-masing.
Jalanan berpasir yang kami lalui seakan tak berakhir. Dimana-mana jalan berpasir lembut berwarna putih kekuningan. Kami melangkah menuju salah satu rumah penduduk, tempat dimana kami menitipkan kendaraan-kendaraan kami. Karena di tempat ini boleh dikatakan, tidak ada penitipan sepeda motor. Jadi kami meminta ijin untuk menitipkan kendaraan, ketika kami berkelana menjelajah pantai Kondang Merak.
Usai kami berpamitan dan mengambil kendaraan, maka kami segera menuju arah barat dari pantai Kondang Merak. Menikmati suasana sebelum kami pulang ke Malang.
Ada hal unik ketika kami bepergian ke pantai Kondang Merak ini. Yakni, kami aslinya tidak ada rencana untuk menuju pantai ini, melainkan menuju coban (air terjun) yang berada di kawasan Batu, Malang. Jadi, ketika akan berangkat, tujuan wisata kami berubah. Yang semula akan berangkat ke coban, ternyata berubah ke pantai.
Kemudian, keunikan kedua, kami boleh dikatakan tidak membawa bekal apapun ke tempat ini. Hanya bekal-bekal seperti dalam foto inilah yang kami bawa. Sebotol air putih yang dibawa dari rumah, handphone, 4 gelas minuman jelly.
Rasa lapar dan dahaga sebenarnya telah ada ketika kami akan memasuki pintu gerbang tempat wisata ini. Namun urung dilakukan untuk membeli makanan/minuman karena ingin menikmati keindahan dan suasana pantai.
Memang, menurut kami keindahan pantai Kondang Merak sangat bagus. Hanya saja pengelolaannya yang belum maksimal oleh pihak-pihak terkait. Sehingga nampak "liar" dan tak terawat. Karena keindahannya tersebut dan kami ingin mengabadikan momen bahwa kami pernah ke sana, kami mewujudkannya dalam bentuk menuliskan nama sebutan kami di pasir pantai bersama sandal-sandal yang kami gunakan saat itu. Bahwa kami, empat orang anggota forum Aremaisme.net pernah menjelajah ke tempat ini, pantai Kondang Merak. Semoga kami bisa datang lagi ke tempat yang lain yang masih alami dan bagus. Sekaligus menunjukkan bahwa di kawasan Malang Raya masih terdapat tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Nama Kondang Merak, mungkin masih agak asing di telinga beberapa diantara kita. Namun bagi yang suka menjelajah, mungkin bukan nama yang aneh. Yup, ini adalah nama salah satu pantai wisata yang berada di wilayah Malang bagian selatan. Tempat wisata alami ini masih belum dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah setempat. Sebenarnya, lokasi pantai ini tidak begitu jauh dari pantai wisata "tetangga" yang sudah terkenal, Pantai Balekambang.
Yup, Pantai Balekambang sudah cukup terkenal, dan cukup menggoda untuk mengunjunginya.
Perjalanan yang cukup menyita konsentrasi. Karena selama perjalanan (yang memang searah dengan pantai Balekambang) banyak pelancong yang berkendara sepeda motor berpapasan. Jadi harus ekstra hati2 ketika hari libur tiba. Namun cukup menyejukkan mata yang memandang, karena banyak sekali pepohonan atau aneka tumbuhan yang dapat dilihat selama berkendara. Benar2 menyejukkan mata. Jalanan yang berukuran cukup sedang tersebut, terkadang terdapat bagian yang telah terkelupas lapisan aspalnya. Sehingga menimbulkan lubang2 di sana-sini. Jalanan berkelak-kelok pun menjadi medan yang harus ditempuh menuju pantai di wilayah selatan Malang ini.
Tidak seberapa jauh dari gerbang menuju pantai Balekambang, terdapatlah pertigaan ke arah barat. Terdapat papan petunjuk sederhana bertuliskan "Pantai Kondang Merak". Yang unik adalah jalanan menuju ke arah pantai ini berupa bebatuan yang telah diatur sedemikian rupa yang berwarna putih kekuningan. Meski jalanan bebatuan, namun pengendara diharuskan berhati-hati ketika berkendara disini. Lubang-lubang jalanan dan bebatuan menjadi beberapa tantangan ketika melewati jalanan ini. Jalanan berwarna putih kekuningan, namun di kiri kanannya terdapat hijaunya aneka tetumbuhan beragam ukuran dan jenis. Sangat kontras sekali.
Dari pertigaan tadi menuju ke arah pantai Kondang Merak tadi, perjalalanan harud ditempuh kurang lebih sekitar 20 menit. Seperti di dalam 2 foto ini, salah satu sepeda motor kami mengalami gangguan pada rantainya. Karena harus menyesuaikan kecepatan diantara "liarnya" jalan bebatuan tersebut. Ada tanjakan, turunan, lubang-lubang di jalanan, bebatuan.
Saat itu kami di tengah teriknya mentari sedang berkendara dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba rantai salah satu kendaraan kami lepas. Dengan disinari teriknya matahari,kami segera memperbaiki posisi rantai tersebut. Cukup memakan waktu juga untuk memperbaiki posisinya. Untungnya kami membawa peralatan mekanik darurat, sehingga perjalanan dapat segera dilanjutkan kembali.
Usai memperbaiki posisi rantai, kami segera melanjutkan petualangan kami menuju pantai Kondang Merak. Seperti kondisi di pertigaan, jalanan bebatuan yg telah diatur sedemikian rupa cukup memberi petunjuk arah menuju lokasi tujuan kami. Tak berapa lama kemudian, rantai di kendaraan kami terlepas lagi. Sehubungan daruratnya peralatan mekanik yang kami bawa saat itu, pembenahan rantai itu (lagi) sifatnya hanya sementara saja. Dan direncanakan setelah pulang nanti, mampir ke bengkel yang mempunyai peralatan lebih lengkap untuk diservis. Usai melewati tantangan, akhirnya sampailah kepada arah akhir tujuan kami.
Tampak jalanan yang pernah beraspal dan telah mengelupas di berbagai bagian badan jalan telah memberikan petunjuk, bahwa tempat ini dulunya pernah "dipermak" agar lebih mudah akses transportasinya. Namun sekarang kondisinya sungguh menyedihkan. Tatkala melewati gerbang pintu masuk, bentuknya yang seperti gapura sudah rusak di banyak bagian. Namun di tengah rindangnya hijau pepohonan yang menyambut kami, membuat panasnya sang surya tidak terasa lagi.. Sampailah kami di pintu masuk pantai Kondang Merak yang berbentuk portal, dan dijaga 4 orang petugas. Kami berempat membayar harga tiket masuk masing-masing seharga Rp 3.000,00. Di suasana pantai yang sedemikian itu, terdengar deburan ombak yang menggelora dan hembusan angin dari laut yang terasa, ketika kami datang.
Pantai Kondang Merak, demikianlah nama pantai ini. Pantai yang terletak di wilayah Malang selatan ini tampak tidak/belum "disentuh" dengan pengelolaan yang bagus dari pemerintah setempat. Jadi yang tampak adalah segala fasilitas yang terkesan "seadanya". Bayangkan saja, pintu masuknya berupa sebatang kayu panjang yang tampak lusuh. Hanya terlihat 1 warung makan ketika kami melintas di salah satu rumah penduduk. Penduduk? Ya, yang tampak selama kami menjelajah tampak sederet rumah sederhana penduduk yang nampaknya berprofesi sebagian besar sebagai nelayan. Kami cukup terkesima juga dengan keadaan dan kondisi pantai yang jauh dibandingkan dari hingar-bingarnya pantai yang begitu ramai pengunjung. Pantai ini boleh dikata masih sepi pengunjung, namun memiliki pemandangan yang elok dan bagus. Terlihat masih alami dan asri. Tanpa banyak "sentuhan dan jamahan" manusia. Sungguh mirip terasa di sebuah pulau nan jauh disana. Beberapa batu yang besarnya kira-kira sebukut di perairan tersebut membentuk pulau kecil. Yang sekilas mirip sebuah bukit di laut.
Saat kami ke sana, tak banyak wisatawan yang hadir di sana. Boleh dikatakan hanya sedikit yang tahu akan keelokan dan keindahan pantai Kondang Merak ini. Hamparan pasir putih, dan hamparan kulit-kulit kerang maupun keong banyak bertebaran di pantai ini. Sehingga bagi yang mempunyai hobi mengumpulkan kulit kerang maupun keong sangat bagus untuk berburu disini. Tinggal jalan-jalan, sambil pilih-pilih lalu ambil. Mudah sekali....
Beraneka warna (namun didominasi warna putih) kulit-kulit kerang/keong dengan beragam ukuran, motif dan corak pasti sangat memanjakan para pemburu kulit mahluk laut ini.
Ombak yang bergelora menuju arah pantai inipun tidak begitu besar. Bahkan boleh dikatak, berombak kecil. Tapi, jika berenang sampai batas agak ke tengah laut, jangan ditanya lagi. Dari jauh saja tampak ombak besar menghempas keras. Untungnya sebagian ombak-ombak tersebut masih "ditahan" oleh beberapa pulau kecil yang nampak di seberang pantai Kondang Merak ini. Jadi, ketika ombak sampai ke pantai ini, riak gelombangnya menjadi kecil. Jadi pengunjung bisa agak leluasa untuk melakukan aktivitas di pantai. Misalnya, bermain pasir, berenang, voli pantai, dan lain sebagainya.
Ketika kami ke sana, nampak terlihat perahu-perahu nelayan yang sedang ditambatkan. Ada sekitar 15 perahu yang sedang ditambatkan di sana. Bisa jadi, para nelayan baru saja berlayar menyusuri laut dan baru kembali ke pantai, dan kembali ke laut di malam harinya.
Namun sayang teramat sayang. Potensi wisata yang sangat bagus di tempat ini masih belum dikelola oleh pemerintah setempat. Sangat ironis sekali. Di sebelah pantai ini, pantai Balekambang, sangat ramai pengunjung. Namun disini, hanya segelintir orang saja yang menikmati suasana pantai selatan Kabupaten Malang.
Dalam kesempatan kali ini, kami melakukan perjalanan menyusuri pantai dengan jalan kaki. Menyurusi sepanjang pantai ini, akhirnya terlintas ide di antara kami untuk menjelajah ke arah timur, yakni ke arah pantai Balekambang. Kami mengikuti jalan darat yang hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Berempat kami berjalan beriringan, karena sempitnya jalan setapak yang harus kami lalui. Semak belukar pun menjadi pemandangan yang bukan aneh lagi bagi kami yang terbiasa berhadapan dengan komputer. Yang biasanya sering melihat melalui layar monitor komputer, sekarang benar-benar merasakan kesegaran alami udara dan sentuhan-sentuhan dedaunan diantara kaki maupun badan kami. Hmmm...sungguh pengalaman menarik. Sebenarnya, maksud kami menjelajah hutan adalah menuju ke pantai Balekambang. Namun apa boleh dikata, di tengah rapatnya dedaunan dan tumbuhan, kami kehilangan jalan setapak yang menjadi pemandu kami menuju pantai sebelah. Akhirnya, diputuskan untuk kembali ke pantai Kondang Merak lagi melalui jalur yang sama ketika kami berangkat.
Jalan setapak yang kami lalui sebenarnya jalan yang mudah dilewati dengan jalan kaki. Jadi, terkadang ada duri diantara dedaunan. Jalanan berkelok-kelok akhirnya berujung ke sebuah jalan dimana kami berawal masuk hutan. Kemudian,
kami berempat perlahan-lahan menyusuri pantai Kondang Merak. Eehhh..nggak tahunya, kami berpapasan dengan seorang wisatawan mancanegara bersama seorang guide-nya.
Suatu hal yang tak terduga, bahwa kami dapat bertemu dengan wisatawan asing di pantai yang tergolong "sepi" ini. Sempat kami mengobrol dengan wisatawan ini. Dia bernama Mr. Joe, berasal dari salah satu negeri di benua Eropa, yakni Inggris. Dia memang sedang berwisata di sini bersama seorang pemandu.
Tak jauh dari kami bertemu Mr. Joe, kami menemukan bangkai yang telah dikerubuti beberapa lalat. Yah...setelah diamati dari dekat, nampak seperti ikan lumba-lumba yang telah mati. Bau yang sangat menusuk hidung membuat kami segera untuk menjauhinya. Kami biarkan ikan itu teronggok di sana, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju ke arah barat pantai.
Nampak di ujung pantai ada sebuah bukit yang tinggi menjulang. Di bawahnya nampak bertumpuk-tumpuk kulit kerang dan keong terhampar dimana-mana. Yang menjadi daya tarik, di bagian bawah bukit ini ada sebuah celah yang lumayan sulit untuk melewatinya. Karena ada beberapa bagian batu yang tajam dan lancip. Jadi kami harus hati-hati untuk melewatinya. Usai melewati bagian tersebut, kami sungguh terpana dengan pemandangan indah yang kami lihat. Bagaikan sebuah lukisan yang terbentang langsung di depan kami. Ternyata kami berada di sebuah celah bukit dengan hamparan laut dengan ombak yang relatif kecil. Celah bukit itu sekilas mirip sebuah gua meski tidak menjorok terlalu dalam. Masih sama dengan di celah ketika kami masuk ke sini, bebatuan yang lumayan tajam dan lancip banyak terdapat di sini. Jadi tidak begitu berbahaya bagi kami untuk turun ke bawah.
Kami pun menikmati pemandangan dan suasana yang tidak kami dapat dalam kehidupan sehari-hari saat itu. Deburan ombak di kejauhan, desiran angin yang cukup keras menerpa wajah-wajah kami yang tidak merasakan rasa lelah yang mendera.
Usai menikmati suasana pemandangan alam yang begitu menawan dalam celah bukit, kami bergegas untuk kembali lagi ke celah dimana kami masuk. Karena matahari mulai bergerak ke arah cakrawala petang. Pertanda kami harus segera pulang kembali ke rumah masing-masing.
Jalanan berpasir yang kami lalui seakan tak berakhir. Dimana-mana jalan berpasir lembut berwarna putih kekuningan. Kami melangkah menuju salah satu rumah penduduk, tempat dimana kami menitipkan kendaraan-kendaraan kami. Karena di tempat ini boleh dikatakan, tidak ada penitipan sepeda motor. Jadi kami meminta ijin untuk menitipkan kendaraan, ketika kami berkelana menjelajah pantai Kondang Merak.
Usai kami berpamitan dan mengambil kendaraan, maka kami segera menuju arah barat dari pantai Kondang Merak. Menikmati suasana sebelum kami pulang ke Malang.
Ada hal unik ketika kami bepergian ke pantai Kondang Merak ini. Yakni, kami aslinya tidak ada rencana untuk menuju pantai ini, melainkan menuju coban (air terjun) yang berada di kawasan Batu, Malang. Jadi, ketika akan berangkat, tujuan wisata kami berubah. Yang semula akan berangkat ke coban, ternyata berubah ke pantai.
Kemudian, keunikan kedua, kami boleh dikatakan tidak membawa bekal apapun ke tempat ini. Hanya bekal-bekal seperti dalam foto inilah yang kami bawa. Sebotol air putih yang dibawa dari rumah, handphone, 4 gelas minuman jelly.
Rasa lapar dan dahaga sebenarnya telah ada ketika kami akan memasuki pintu gerbang tempat wisata ini. Namun urung dilakukan untuk membeli makanan/minuman karena ingin menikmati keindahan dan suasana pantai.
Memang, menurut kami keindahan pantai Kondang Merak sangat bagus. Hanya saja pengelolaannya yang belum maksimal oleh pihak-pihak terkait. Sehingga nampak "liar" dan tak terawat. Karena keindahannya tersebut dan kami ingin mengabadikan momen bahwa kami pernah ke sana, kami mewujudkannya dalam bentuk menuliskan nama sebutan kami di pasir pantai bersama sandal-sandal yang kami gunakan saat itu. Bahwa kami, empat orang anggota forum Aremaisme.net pernah menjelajah ke tempat ini, pantai Kondang Merak. Semoga kami bisa datang lagi ke tempat yang lain yang masih alami dan bagus. Sekaligus menunjukkan bahwa di kawasan Malang Raya masih terdapat tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi.