10 November 2009

Berkelana Menuju Indahnya Pantai Sipelot, Tirtoyudo, Malang

Catatan perjalanan Sabtu,07112009

Berawal dari kesepatakan kawan-kawan forum aremaisme.net yang menginginkan berwisata ke wilayah pantai, maka muncullah ide menuju pantai yang tidak banyak diketahui banyak orang, namun masih dalam wilayah Malang Raya. Dari sekian usulan nama2 pantai,akhirnya 1 nama terakhir menjadi tujuan kami berwisata alam, sekaligus menjadi ajang kopi darat bagi kami, anggota forum suporter klub sepakbola Arema, bernama aremaisme.net, yakni pantai Sipelot.

Sabtu pagi, pukul 07.05 WIB berkumpullah para peserta wisata alam ini di Taman Krida Budaya Jawa Timur yang berada di Jl. Soekarno-Hatta Malang. Sebagian merupakan anggota forum, dan sebagian lagi bukan anggota forum. Namun kawan dari anggota forum aremaisme.net. Satu hal yang bagus, peserta kegiatan ini cukup banyak. Meski ada diantara kami yang baru kenal, namun kami cepat akrab dengan mereka. Karena kami punya satu visi sama,berwisata bersama ke Pantai Sipelot, Tirtoyudo, Kabupaten Malang.

6 pengendara sepeda motor telah bergegas melaju menuju arah Malang selatan. Menjemput beberapa kawan yang tempat tinggalnya dekat dengan jalur perjalanan ini. Jalur dari kota Malang, kemudian menuju arah selatan yakni lewat Bululawang, Dampit, dan Tirtoyudo. Di Bululawang, sempat rehat sejenak,karena ada seorang kawan yang datang menyusul. Usai itu, berangkatlah kami ke arah selatan, menuju lokasi pantai Sipelot di wilayah Tirtoyudo.

Cuaca yang sangat cerah pagi itu sangat membantu kami dalam menelusuri perjalanan menggunakan sepeda motor. Langit berawan nan cerah di iringi suara burung yang saling berkicau menambah suasana alami yang kami temui saat itu. Perjalanan dengan menggunakan 8 motor dan 14 orang peserta kami lalui dengan beriringan dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Terkadang, jika kondisi jalan sepi,kami tak segan-segan menghentak gas sepeda motor kami sampai kecepatan 80 km/jam, bahkan lebih! Dikarenakan, kami semua belum pernah menuju lokasi yang kami tuju kali ini. Dikhawatirkan memang membutuhkan waktu yang teramat lama selama di perjalanan. Ternyata jalan berliku dan berkelak-kelok adalah jalur yang harus kami lalui bersama. Sesekali beriringan dengan mobil box, truk, bus, ataupun jenis kendaraan lain. Setelah sampai di kawasan Tirtoyudo, kami berhenti sejenak di dekat pom bensin. Kami beri kesempatan kepada kawan-kawan yang bensin sepeda motornya yang belum penuh, untuk diisi penuh. Karena pertimbangan di jalan yang kami lalui, belum ada pom bensin.

Usai menempuh perjalanan di kawasan Bululawang dan Dampit yang notabene masih banyak penduduknya, juga masih tergolong ramai, maka setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Malang, sampailah kami di wilayah Tirtoyudo. Kami ikuti jalan raya yang ada sampai kami bertemu pertigaan yang ada papan petunjuknya yang cukup besar. Papan petunjuk itu menuliskan bahwa arah Lumajang ke arah kiri, Pantai Sipelot arah kanan. Maka kami segera mengarahkan kendaraan kami semua ke arah kanan, sesuai papan petunjuk tersebut. Perjalanan menantang dimulai. Hijaunya dedaunan dari pohon-pohon dan aneka tumbuhan di kiri-kanan jalan memberi sinyal bahwa jalanan yang kami lalui berikut boleh dikatakan adalah merupakan kawasan hutan. Jalanan yang lebarnya sekitar 8 meter-an menjadi sarana yang mengantarkan kami menuju lokasi pantai. Semula hanya tampak beberapa kendaraan pribadi, sepeda motor saja. Karena memasuki kawasan ini, rimbunnya dedaunan menyapa kami. Tatkala kami berkendara, seringkali kami temui jalanan teduh yang tertutup oleh bayangan banyak pohon berukuran besar. Jadi, kami merasa tidak gerah meskipun sang surya sedang semarak memancarkan cahayanya.

Seperti yang tampak dalam gambar di atas, suasana teduh membantu kami dalam memberi suasana segar di bawah rindangnya pepohonan itu. Jalanan berkelak-kelok menjadi hal yang akrab kami temui setelah itu. Terkadang, di kanan atau kiri merupakan jurang yang dalamnya beberapa meter. Terkadang ada tebing yang tinggi menjulang. Namun dengan adanya pemandangan yang sangat menyehatkan dan menyejukkan mata itu menjadikan tidak terasa capek. Juga ketika kami memasuki di wilayah pemukiman penduduk, jalanan berkelak-kelok, juga naik-turun sangat membuat kami ekstra waspada dan hati-hati. Karena itulah kami berkendara secara beriringan, layaknya sebuah konvoi sepeda motor.:D

Seperti yang tampak dalam foto, ketika kami memasuki sebuah pemukiman, jenis tikungan model inilah yang harus kami lalui. Terkadang pula, ada tikungan yang harus dilalui, namun kondisi jalan sudah rusak atau berlubang. Begitulah perjalanan ini, sangat menguji ketahanan fisik pengendara dan juga ketahanan motor. Usai melewati perkampungan, kami melewati daerah perkebunan, yang juga memberi warna indahnya pemandangan yang kami lalui.

Juga, ketika kami sempat kebingungan ketika kami menghadapi pertigaan. Karena pertigaan tersebut hampir dikatakan tidak tampak dalam peta yang kami bawa. Namun kami sangat beruntung saat itu. Ada seorang ibu dan 2 orang pria yang sedang berada di dekat pertigaan. Salah seorang dari kami menanyakan dimana letak pantai yang kami maksud, beliau menunjukkan arah yang sebelah kiri pertigaan tersebut. Maka, kami segera melanjutkan perjalanan kami lagi. Hampir 1,5 jam kami berkendara seperti saat ini ketika mulai menghitung jam keberangkatan dari pertigaan di Tirtoyudo tadi yang menunjukkan arah Lumajang - Pantai Sipelot.

Tampak sudah, hasil kerja keras kami berkendara. Melaju beriringan di jalanan yang kami tidak tahu, atau bahkan tidak pernah kami lewati sebelumnya, yakni pemandangan yang tampak di samping ini. Secuil pemandangan pantai Sipelot yang berada di balik sebuah bukit. Nampak indah dipandang, karena terletak berhimpitan dengan dataran-dataran tinggi di sekitarnya. Perpaduan warna hijau dan biru di sekitarnya membuat semangat kami membara lagi untuk "menyelesaikan misi" menuju pantai Sipelot yang masuk wilayah Kecamatan Pujiharjo, Tirtoyudo.
Semula, perkiraan dari tempat kami memandang lokasi tersebut menuju pantai yang sebenarnya cukup dekat. Ternyata, kami harus melewati sekitar 3 perbukitan lagi!! Jalanan yang cukup terjal, berkelak-kelok,di pinggirnya berupa jurang ataupun tebing adalah hal yang menjadi biasa bagi kami. Karenanya kami sangat berhati-hati ketika beriringan. Yang menjadi hal menarik lagi, kami juga beruntung bisa melihat sejenis burung elang yang sedang terbang berputar-putar. Jaraknya cukup dekat dengan kami, sejenak kami berhenti untuk memandangnya, karena sangat jarang melihat jenis burung ini terbang di alam liar.
Sekitar 1 jam perjalanan kemudian kami akhirnya berhasil memasuki pemukiman penduduk di wilayah Pujiharjo. Disini kami melihat, pemukiman di sini seperti tak tampak seperti di wilayah yang dekat dengan tepi laut yang lumayan terpencil. Karena adanya jaringan listrik dan ada menara relay operator telepon seluler telah tegap berdiri di salah satu tempat di pemukiman ini. Usai melewati berbagai tikungan, akhirnya kami sampai juga di pantai Sipelot ini. Di salah satu bangunan mirip pendapa, ada semacam prasasti yang tampak seperti di foto ini. Prasasti yang menyebutkan tentang himbauan untuk menjaga lingkungan demi kesejahteraan bersama di kawasan pesisir pantai.
Tak lama setelah kami telusuri jalanan berbatu, kami baru memandang bahwa pantai ini cukup bagus. Deretan rumah penduduk di sebelah kiri kami tampak berjajar. Dengan jarak sekitar 500 meter dari pantai nampak jelas garis air laut yang tampak bergelora ombaknya. Ombak di pantai ini tidak begitu besar. Jika dilihat dari sudut geografisnya, bisa jadi karena posisi pantai ini yang "terhalang" oleh dua buah tanjung yang menjorok ke laut. Sehingga bisa dikatakan, posisi pantai ini adalah berupa teluk. Tampak alami dan masih belum "terjamah" oleh banyak petualang maupun pemerintah daerah.
Hamparan pasir putih tampak merona yang dipadu dengan warna hempasan ombak air laut. Di tepi pantai, nampak warna pasir pantai kehitaman. Itu bisa dimaklumi. Karena letak pantai ini relatif cukup dekat dengan muara tempat abu atau lava Gunung Semeru yang mengalir ke laut. Kemudian dibawa air laut masuk memasuki wilayah perairan pantai Sipelot ini. Karena proses ini memakan cukup waktu yang teramat lama, maka warna pasir di pantai ini menjadi kehitaman. Namun dari sisi keindahan, tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi, karena boleh dikatakan, tidak ada wisatawan yang berkunjung ke sini.
Ketika kami sampai di tempat ini pun, yang ada hanyalah rumah-rumah penduduk yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan. Sedang tempat yang berguna sebagai penunjuk untuk wisatawan ketika kami ke sana, tidak ada. Jadi, jangan heran ketika ke sini hanya bertemu para penduduk setempat, tidak ada wisatawan. Hehehe...
Sedang untuk masalah parkir kendaraan pun, (waktu itu kami berangkat rombongan dengan jumlah 16 orang, 8 sepeda motor) kami harus memarkir ke tempat yang kami anggap aman. "Tempat parkir" yang kami tuju pun bukanlah tempat parkir yang nyaman di bawah bangunan ataupun rindangnya pohon, tapi adalah di panasnya pantai Sipelot! Alhasil, jaket-jaket yang kami kenakan menjadi alas untuk menutup jok sepeda motor kami. Tentu saja, kunci ganda tetap kami terapkan pada kendaraan kami. Setelah itu kendaraan kami tinggal, tapi tetap masih terpantau dengan pengawasan kami dari jarak jauh.
Saat itu kami berjalan ke arah timur dari pantai, ke arah bukit karang yang menjulang tinggi. Tidak mudah kami menjangkau daerah itu, karena kami harus menyeberangi perairan (boleh dikatakan adalah berupa muara sungai) yang kedalamannya mencapai pinggang orang dewasa. Beberapa dari kami yang saat itu mengenakan celana panjang, mau tidak mau harus melepas celananya dan berganti dengan celana pendek untuk menyeberang, jika tidak mau berbasah-basah. Tas-tas perbekalan yang kami bawa pun harus kami angkat ke atas untuk menghindari terkena basahnya air.
Muara yang lebarnya kira-kira sepuluh meter itu harus kami lalui dengan jalan pelan-pelan. Karena kami tidak mau terjatuh gara-gara tidak tahu ada bagian dasar muara yang secara tiba-tiba dalam.
Aliran air yang berada di muara tersebut sebenarnya tenang, namun terkadang ombak yang berasal dari arah laut "mampir" di muara juga. Alhasil, kami harus hati-hati sewaktu menyeberang agar tidak terjatuh akibat hempasan ombak.
Usai melewati muara tersebut, kami melewati hamparan pasir pantai itu dengan berjalan kaki, tanpa alas kaki...
Kami nikmati jelajah pantai tanpa alas kaki sampai ke bukit karang yang kami tuju. Tapi lama-kelamaan kaki kami terasa panas, karena teriknya sinar matahari yang siang itu mulai menyengat kulit. Kami berlarian ke arah bukit karang tersebut, setelah itu kami menikmati pemandangan dibalik bayang-bayang bukit karang tersebut. Diantara dari kami asyik berfoto-ria dengan berbagai pose dan angle. Maklum, banyak diantara kami yang sudah lama tidak bepergian ke pantai. Jadi, ketika kami telah sampai di pantai momen seperti ini sepertinya sayang sekali kalau tidak diabadikan dalam bentuk foto.
Ada beberapa kegiatan yang kami lakukan disini secara spontan. Misalnya, bermain sepakbola, mencari kulit kerang/keong,bermain di deburan ombak, berfoto-foto. Deburan ombak yang tidak begitu besar membuat kami bisa menikmati ombak yang melaju ke arah pantai. Sangat nyaman ketika ombak yang tidak begitu besar itu menerpa badan, sampai wajah kami ke arah pantai siang itu. Berfoto di belakang deburan ombak yang membentur karang menjadi salah satu angle yang bagus untuk didokumentasikan.
Meskipun panasnya mentari, tak membuat kami menurunkan semangat kami untuk menikmati suasana dan pemandangan yang ada.Yang jelas, kami benar-benar menikmati suasana dan pemandangan di kawasan pantai Sipelot ini sepuas-puasnya.
Usai melakukan aktifitas di pantai, rasa lelah, lapar, dan dahaga mulai mendera kami. Kami segera melepas lelah di bawah bayang-bayang bukit batu karang. Perbekalan yang kami bawa, segera dibuka semuanya.
Menikmati makanan plus lauk yang digelar di pantai sambil dimakan bareng-bareng membuat suasana semakin semarak. Nasi, dengan lauk telur goreng, tempe, ikan bumbu, sayur yang dibawa dari rumah ternyata sangat bermanfaat. Dalam sekejap, makanan tersebut habis disantap. Maklum, di pemukiman penduduk tidak banyak warung yang buka. Kalaupun ada, letaknya jauh dari posisi kami berada saat itu.
Juga ketika salah satu dari kami membuka perbekalan berupa rujak manis dan krupuknya. Terasa mantap sekali ketika menikmati aneka makanan dan minuman sambil memandang jauh ke lautan lepas pantai bersama kawan-kawan.
Sebab untuk mengumpulkan sobat-sobat ini dalam jumlah yang lumayan banyak ini cukuplah sulit, apalagi dalam waktu yang bebarengan seperti ini.
Usai menelusuri pantai Sipelot, saatnya kami kembali lagi ke tempat kami masing-masing. Usai mengambil kendaraan, kami berjalan pelan di depan pemukiman penduduk untuk berfoto sejenak dengan latar belakang pantai Sipelot. Dengan sejenis tumbuhan menjalar yang tumbuh di pinggir pantai tersebut membuat kaki kami tidak merasa kepanasan. Momen inilah yang menjadi pengingat dan merupakan memori bagus yang akan kami kenang selamanya. Setelah itu, perjalanan panjang sekitar 3 jam akan membawa kami pulang ke tempat kami masing-masing. Sambil merancang penjelajahan lagi di lain waktu. Semoga kami dapat berkelana kembali ke tempat lain dengan situasi berbeda, yang tentunya lebih menarik dan memang layak untuk dikunjungi, untuk menambah rasa erat persahabatan kami, forum aremaisme.net + friends dan menambah wawasan bagi para pembaca dimanapun berada...
[aduystic]