29 October 2009

Menelusuri Belantara Coban Rais (Batu-Malang) dan Menikmati Keindahan Atas Kota di Paralayang (Malang)

Catatan Perjalanan, 17102009

Coban Rais itulah tujuan kami melakukan penjelajahan wisata alam yang cukup tenar di wilayah Malang Raya. Lokasi yang berada kawasan Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo,Batu. Lokasi air terjun yang terdapat di sela-sela belantara hutan "gunung" Panderman.

Berangkat dari kota Malang sekitar pukul 09.00 WIB. Semula menggunakan jalur jalan raya antar kota Malang-Batu. Namun seiring naluri petualang, kami melalui jalur yang "tidak umum". Yakni melalui jalan desa yang juga nantinya akan melewati lokasi wisata yang kami tuju, yakni Coban Rais. Jalanan yang tidak begitu sempit yg cukup dilewati 2 kendaraan jenis minibus yang berjalan sejajar dan beraspal. Kami ikuti dengan kecepatan sedang. O ya...kami yang berangkat berpetualang kali ini 5 orang,dengan mengendarai 3 motor. Dari jalanan yang kami lalui, semula nampak rumah-rumah penduduk yang berjajar beriringan. Jalanan beraspal dengan lebar sekitar 10 meteran mengantar kami menuju daerah yang semakin menanjak yang juga masih jauh dari pemukiman penduduk sekitar.

Tak lama kemudian kami telah melalui daerah yang mulai tak didiami penduduk lagi. Nampaklah di pinggir jalan, dengan berpagar tembok yang tinggi, dan tidak terawat, beberapa bangunan yang nampaknya seperti taman wisata. Dari bentuk-bentuk yang ada. Beragam bentuk yang ada di sana, bentuk-bentuk peninggalan jaman kerajaan masa lalu terdapat di beberapa tempat. Ada arca, bangunan tinggi mirip mercusuar, jembatan kecil dari beton, dinosaurus, dan sebagainya. Nampaknya, bangunan yang mirip taman bermain ini adalah (mungkin) sebuah proyek yang digunakan untuk tempat berwisata.Mungkin karena kekurangan dana, atau sebab apa, pembangunan areal taman ini tidak dapat dilaksanakan lagi. Akhirnya tak terurus seperti dalam beberapa foto yang saya tampilkan ini.

Usai menikmati bagusnya areal taman ini,kami lanjutkan perjalanan yang semakin menanjak dan berliku menuju Coban Rais. Setelah mengikuti jalanan beraspal dengan pemandangan pepohonan di kiri kanan kami ini, akhirnya kami sampai juga di pelataran parkir wisata alami Coban Rais yang berada di desa Oro-oro Ombo wilayah Kecamatan Batu. Tarif yang cukup murah bagi kami untuk masuk ke tempat wisata ini. Sumbangan untuk desa sebesar Rp 250,00 dan tiket masuk sebesar Rp 3.100,00 dan parkir sepeda motor sebesar Rp 500,00. Jangan bandingkan tempat parkir sepeda motor dan mobil berupa halaman berlapis semen yang rata. Di sini berupa tanah lapang yang masih ditumbuhi rerumputan, bahkan permukaan yang tidak rata adalah bukan hal yang asing disini.

Ketika kami tiba, di sekitar kami telah banyak wisatawan yang telah hadir disini. Kebanyakan kaum muda yang seusia sekolah tingkat lanjutan menengah atas. Dari kaos panjang yang seragam dari yang mereka kenakan, dapat disimpulkan bahwa mereka sedang ada tugas dari sekolah. Paling tidak adalah kegiatan penjelajahan untuk ekstra kurikuler Pramuka. Itulah perkiraan kami.
Tapi kami tak ambil pusing, yang penting kami dapat melakukan kegiatan refreshing kami, hanya sekedar melempar rasa jenuh dari kegiatan sehari-hari.

Adalah jalan bertanah dengan diselingi rerumputan di kanan atau kiri jalan yang menyambut kami ketika berjalan kaki. Areal parkir yang cukup luas "dihiasi" dengan para pedagang kaki lima yang sedang berjualan di sekitarnya. Mulai cilok, bakso, es rujak manis ada di sana.
Karena tak ingin kesiangan, maka kami berangkat menuju lokasi yang sudah ada petunjuknya, yakni jalan makadam (jalan tanah/bebatuan) yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Suasana cukup ramai ketika kami berjalan beriringan. Karena sesekali bebarengan dengan dengan serombongan anak-anak sekolah yang sedang melakukan kegiatan sekolah versi alam.

Semula, perjalanan sangat menyenangkan. Jalan tanah mendatar sangat mudah untuk dilalui, ditambah aneka tetumbuhan yang beragam jenis banyak tumbuh di sekitarnya. Sehingga tampak warna khas hijau dedaunan menjadi pemandangan yang lazim di tempat ini. Nampak pula di kejauhan,beberapa bukit yang cukup tinggi menjulang dengan hiasan rindang hijau aneka tumbuhan. Sekian lama kami berjalan menempuh jalanan tanah yang berbatu, nampak ada semacam sungai kecil di sebelah kami. Sungai yang nampaknya sengaja dibuat untuk mempermudah akan kebutuhan akan air segar. Hal itu diperkuat dengan adanya beberapa pipa-pipa besi yang sempat menyembul keluar di bawah tanah. Namun tak lama kemudian, jalanan tanah yang kami ikuti itu berubah "bentuk". Yang semula mudah dilewati, kini malah berubah menjadi jalan setapak sempit yang agak susah dilewati dengan kondisi sedikit menanjak.

Rimbunnya pepohonan tak menghalangi kami ketika berjalan menyusuri sedikit demi sedikit alur jalanan menuju Coban Rais. Teriknya matahari tak sedikitpun membuat kami merasa putus asa untuk menyelesaikan agenda travelling kami. Kami tetap berjalan dengan perlahan-perlahan sambil menikmati kicauan burung dan aneka serangga yang banyak berseliweran di sana-sini.
Ketika tiba di balik sebuah gundukan tanah yang tinggi, kami
sedikit terncengang kondisi yang kami lihat!! Jalan setapak dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat terpampang di hadapan kami. Sejenak kami terdiam untuk menghela napas mengumpulkan tenaga kami untuk melanjutkan petualangan menembus belantara wisata alam Coban Rais. Kami menembus berbagai jalanan yang semakin lama semakin menanjak, seakan tak habis-habisnya jalan tanjakan bertanah dan berbatu ini. Untungnya jalur jalanan menuju lokasi air terjun banyak yang "ditutupi" dengan rindangnya pepohonan di kiri-kanan jalan yang harus kami lalui. Jadi kami tidak begitu merasa kepanasan, bahkan merasa cukup terbantu dengan kondisi yang sangat rindang dan sejuk ini. Perjalanan dilanjutkan, usai melewati berbagai jalanan "ekstrim" tersebut, kami juga melewati dam (bendungan kecil) yang nampaknya masih dalam tahap renovasi. Maka kami sempatkan istirahat dulu disitu untuk menghimpun sisa-sisa tenaga yang kami punya. Kebetulan tempat yang kami lewati adalah salah satu tempat yang cukup lapang dan rindang di bawah pepohonan. Boleh dikatakan, kami melewati beberapa bukit terlebih dahulu sebagai "uji nyali" kami untuk menempuh ke lokasi air terjun. Jalur setapak di selebar satu meter yang penuh bebatuan, dimana sebelah kanan adalah tebing batu dan sebelah kirinya jurang, adalah sebagian pemandangan yang kami nikmati. Perjalanan ini masih cukup jauh dan begitu melelahkan...namun tak menyurutkan kami untuk terus menyelesaikan perjalanan menuju lokasi akhir.

Perjalanan kami lanjutkan lagi. Kali ini suasana rindang pepohonan dan udara yang mulai terasa dingin sangat menyejukkan kami. Jalanan mendaki masih tampak belum selesai, dan masih berlanjut. Kemudian diantara rimbun pepohonan dan semak-belukar, kami melihat dan mendengar gemericik air yang mengalir. Waahh....sudah dekat rupanya dengan air terjun Coban Rais. Jalan satu-satunya meneruskan perjalanan adalah dengan melewati sungati kecil tersebut yang terasa sangat dingin. Namun cukup menyegarkan suasana selama berjalan lebih sering diterpa terik sinar matahari. Segar, sejuk dan jernih....itulah ungkapan yang bisa kami ungkapkan saat itu.
Bebatuan yang nampak di dasar sungai nampak jelas di beningnya air sungai kecil. Hampir ga beda dengan air es yang ada di dalam kulkas.....brr.......
Sungai yang pertama tidak begitu dalam, kedalamannya sekitar di bawah lutut. Begitu pula sungai kedua yang harus kami lalui, kurang lebih sama tingginya. Arusnya pun tergolong pelan, karena alur air sungainya melewati pepohonan dan semak-semak yang ada di sekitarnya.
Mungkin karena dinginnya air, tak nampak ada ikan atau sejenis kecebong yang yang sedang berenang di sela-sela tepian sungai. Entahlah...yang jelas para kecebong mungkin sedang berwisata ke tempat lain...hahahaha...
Usai melewati sungai kecil ini kami lanjutkan perjalanan lagi dengan berjalan kaki. Jalanan setapak dengan khas ditumbuhi semak-semak menjadi pemandangan yang akrab bagi kami. Begitu pula jalanan setapak yang menanjak, meskipun tak se-ekstrim di tengah-tengah perjalanan tadi.
Tak lama kemudian, kami lihat di salah satu sudut hutan, terdapat gemuruh air terjun di kejauhan. Itulah Coban Rais...
Di sela-sela belantara rimba inilah air terjun ini tujuan kami. Melelahkan, cukup menguras energi dan kekuatan fisik kami. Namun, begitu melihat tujuan kami, rasa capek terasa sirna seketika. Legaaa......
Berbagai tikungan, tanjakan, telah kami lalui, dikombinasi dengan suara gemuruh air terjun membuat semangat kembali membara. Yup...betul...kami telah sampai di sebuah air terjun yang cukup tinggi. Kira-kira 100 meter (mungkin lhoo...karena nggak bawa penggaris...hihiihi....), cukup deras air yang mengalir dari atas menuju ke bawah. Air yang meluncur ke bawah melalui bebatuan bukit ini menambah semarak kesegaran lingkungan. Karena cipratan embun dari air terjun ini menyeruak ke sekitarnya. Nampak bebatuan di bawah terpaan air terjun nampak mengkilap dan berwarna legam.
Air yang jatuh kebawah ini tidak seluruhnya langsung jatuh ke dasar, ada sebagian lagi yang menghempas dataran kecil di tengah-tengah air terjun, sebagian lagi baru jatuh ke bawah...ke dasar air terjun. Tepat di bawah air terjun, tepatnya sekitar 5 meter dari kolam tempat dasar air terjun terdapat seonggok pohon besar tumbang yang melintang. Kolam kecil di bawah air terjun tampak "dibendung" dengan tumpukan kayu-kayu yang sengaja dibuat sedimikian rupa agar air tidak meluas.
Nampak lokasi air terjun Coban Rais ini terletak sangat tersembunyi di balik perbukitan dan rindangnya belantara rimba. Memang nampak anggun sekali air terjun ini...diantara hijaunya dedaunan...memancarkan percikan embun kemana-mana. Meskipun cuaca sedang terik, tak terasa begitu panas, karena embun yang beterbangan cukup membuat suasana menjadi sejuk dan segar.
Dilihat dari berbagai sudut pun, nampak sungguh mengagumkan sekali.
Begitu pun para pengunjung yang kebanyakan para pelajar SMA nampak sangat menikmati kegiatan penjelajahan ini...bersorak sorai kegirangan setelah sampai di air terjun ini sambil berfoto-foto. Bahkan ada yang langsung nyemplung ke kolam di bawah air terjun sambil menikmati air terjun, sampai pakaian yang mereka kenakan basah kuyup semua...benar-benar menikmati keindahan alam...
Sebenarnya potensi dan keindahan air terjun ini sangat bagus.Namun sehubungan dengan adanya batang pohon besar yang melintang di depan kolam tempat jatuhnya air sangat mengganggu pemandangan yang seharusnya bagus.
Kolam tempat air yang jatuh ke bawah pun jadi kecil. Jadi terkesan hanya semaacam penampungan saja. Namun secara keseluruhan, tempat ini sangat bagus. Jika suasana hati berkeinginan berwisata alami yang cukup menguras energi dan pikiran, saya rasa lokasi wisata ini sangat cocok untuk membunuh kepenatan dari rutinitas kesibukan sehari-hari.
Selang beberapa waktu kemudian, setelah kami menjelajah ke Coban Rais, kami pun meneruskan perjalanan kami menuju ke arah utara lagi dari kawasan Batu. Tujuan kami adalah tempat dimana sering diadakannya paralayang. Maka tempat itu biasa disebut sebagai Paralayang, masuk di kawasan Pujon, kabupaten Malang. Jalan berliku-liku sangat ekstrem, namun sudah beraspal halus. Jadi jika mengendarai kendaraan pribadi harus hati-hati. Karena ada beberapa bagian yang di samping jalan raya ini ada tebing yang sangat dekat dengan pinggir jalan ini.
Paralayang, tempat ini berupa bukit yang cukup tinggi, dimana kita dapat memandang kota Batu (khususnya) dari ketinggian. Tempat yang akrab bagi pengunjung para muda kawasan Malang, Batu, dan sekitarnya menjadi tujuan favorit para muda-mudi yang dilanda kasmaran. Tempatnya yang cukup tenang, sepi, dengan suasana pemandangan yang sangat indah.
Tidak banyak aktifitas yang dapat kita lakukan di sini, selain menikmati keindahan kota dari atas bukit ini. Jika kita beruntung, kita dapat menyaksikan sesekali para olahragawan paralayang beraksi dari tempat ini. Namun, kami saat itu tidak beruntung, karena tidak adanya para olahragawan paralayang yang sedang berlaga di tempat ini.
Namun kami cukup bangga, bahwa di kawasan Malang Raya, masih ada kawasan yang cukup potensial dan bagus untuk dijadikan tempat wisata sebagai pembunuh rasa jenuh, sumpek, dari rutinitas kesibukan sehari-hari.
Foto terakhir itu adalah kami, para petualang yang sedang memandang keindahan kota dari Paralayang...