11 June 2008

Mempertahankan Lebih Sulit Dibanding Merebutnya...(Fokus Euro2008)

Euro2008 yang dihelat di dua negara di benua biru, Eropa, telah menyita para penggila bola di seluruh dunia. Dimana dalam turnamen empat tahunan itu telah mempertandingan berbagai pertandingan dari 16 tim negara terbaik Eropa saat ini. Dua kuota diantaranya diisi oleh kedua tuan rumah turnamen ini, Austria dan Swiss. Dua tim yang notabene adalah bisa dibilang tim "kelas dua" di dunia bola sepak di benua Eropa. Keduanya memang kalah mentereng dalam hal prestasi di bidang persepakbolaan dari negeri2 tetangganya semisal Jerman, Italia, Belanda, Prancis. Tapi bukan berarti kedua negeri ini tidak mempersiapkan timnya dengan sebagus mungkin.
Beberapa timnas peserta Euro2008 ini dijagokan para penggila bola di seluruh dunia. Bahkan rumah2 taruhan menjagokan beberapa tim jagoannya akan memenangkan kejuaraan ini. Dengan harapan, bila tim jagoannya menang, maka dia bisa mengeruk "kemenangan" dalam jumlah besar. "Kemenangan", dalam hal ini adalah menang secara finansial yang didapat dari pari petaruh2 yang mendaftar di tempat taruhannya.
Terlepas dari itu, memang ada benarnya, menjagokan tim yang bertabur bintang2 bola yang berkelas dunia akan membawa dampak kemenangan dalam tim yang dibelanya. Itu teori. Namun pada kenyataannya, tim bertabur bintang --yang juga biasanya menjadi jagoan dari para penggila bola-- bisa memenangkan kejuaraan atau bahkan kejuaraan yang diikutinya.
Sebagai contoh, Italia. Tim ini adalah juara perhelatan gelaran sepak bola dunia di Piala Dunia 2006 yang dilangsungkan di Jerman. Sebagai tim juara dunia, maka wajarlah tim "Negeri Pizza" ini menjadi sosok tim yang menjadi jagoan untuk memenangkan kejuaraan yang levelnya "cuma" satu benua, yakni benua Eropa tersebut. Bayangkan, untuk kelas seluruh dunia, Italia aja bisa juara. Masa, untuk level setingkat benua saja tidak sanggup??
Perasaan semacam ini nampaknya
menghinggapi tim Italia ini. Bagaimana tidak? Dalam pertandingan yang digelar di grup C yang dihuni Italia ini --disebut2 sebagai grup neraka--, ada tim "negeri kincir" Belanda, "negeri mode" Prancis, dan "negeri drakula" Rumania ini, Italia sementara menjadi timi pecundang. Penampilan buruk pada pertandingan pertamanya melawan Belanda menunjukkan hal itu. Organisasi permainan kurang berjalan begitu mulus. Para pemain nampak agak kikuk dalam menjalankan instruksi pelatih. Sikap pelatih yang tampak sekilas di layar kaca, juga nampak tidak menggambarkan semangat optimisme untuk memenangkan pertandingan yang sedang dihadapi. Karena tim Italia sedang dihinggapi rasa terbebani karena menyandang juara dunia sepak bola. Di akhir pertandingan ini, Italia dikalahkan Belanda dengan skor 3-0.
Beban, itulah yang menjadi momok Italia dalam perhelalatan kali ini.
Memang menyandang beban favorit/yang diunggulkan/superior, seringkali membuat orang/tim yang bersangkutan bisa2 merasa canggung, grogi, tidak lepas dalam melakukan kegiatannya. Hal ini biasanya terjadi karena dia merasa takut kalah. Kalau kalah, bisa diartikan gengsi/harga dirinya bisa jatuh. Dengan gengsi turun, maka banyak orang yang semakin menjauhinya. Alhasil, orang/tim yang diunggulkan harus melakukan aktifitasnya dengan sangat hati2 sekali.
Berbeda dengan orang/tim yang tidak diunggulkan. Mereka biasanya bisa tampil tanpa beban sama sekali. Mereka beraktifitas dengan menangguhkan gengsi yang mereka miliki. Sehingga mereka pun punya semacam prinsip yang mengatakan : Kalah adalah biasa, Menang adalah luar biasa! Kalah adalah biasa ==> bisa diartikan sebagai, jikalau mereka kalah dalam suatu kompetisi (bisa berbagai bidang), sedang "musuh" yang mereka hadapi adalah sosok yang sudah dikenal sebagai sosok yang superior, maka mereka merasa hal itu adalah wajar. Karena mereka kalah kelas dibanding sosok yang superior ini. Meski demikian, dalam perjuangannya, tim yang biasa atau biasa disebut "underdog", seringkali selalu semangat dalam menghadapi "musuh" yang dihadapinya mempunyai level di atasnya. Kalah adalah luar biasa ==> bisa diartikan sebagai, jikalau mereka bisa memenangkan kompetisi melawan "musuh" yang mempunyai kekuatan/kemampuan yang lebih baik darinya, maka hal itu adalah suatu hal yang luar biasa. Karena di atas kertas, orang/tim yang sudah berpengalaman/terorganisir/mempunyai kemampuan atau kekuatan bagus, tentu bisa memenangkan suatu kompetisi dengan mudah. Sebaliknya, bagi yang mempunyai kemampuan yang pas2an, paling tidak, mudah untuk dikalahkan.
Bagaimanapun juga, orang/tim yang mempunyai kemampuan yang pas2an adalah bisa menjadi sosok yang menakutkan orang/tim yang lebih diunggulkan. Kuncinya adalah didukung oleh semangat juang tinggi, strategi brilian dalam menghadapi kompetisi (dengan melihat kelebihan/kekurangan yang dimiliki sebagai "senjatanya"), serta organisasi yang bagus bisa mengalahkan orang/tim yang mempunyai julukan superior sekalipun.
Ambil contoh, di kejuaraan Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, tim2 non unggulan, Turki dan Korea Selatan, bisa melaju sampai dengan semifinal. Itu semua di luar perkiraan (atau perhitungan sekalipun!). Peristiwa ini sangat mengejutkan dunia! Dalam perjalanan menuju semifinal, Korea Selatan harus menghadapi tim2 yang sangat tangguh, antara lain Italia, Spanyol. Dua tim ini adalah tim yang mempunyai pemain2 dengan kemampuan kelas dunia. Tim2 tangguh ini ternyata bisa dikalahkan oleh semangat juang yang sangat tinggi (juga kejelian strategi pelatihnya, Guus Hiddink, saat itu) yang diperagakan pemain2 Korea Selatan. Akhirnya, turnamen di kedua negara ini merupakan salah satu turnamen yang mempunyai banyak kejutan yang tidak terduga. Yakni banyak tim unggulan yang bertumbangan dikalahkan tim2 non unggulan...
So, bagaimana dengan anda?
Termasuk orang/tim dengan kemampuan biasa/luar biasa? Siap dan mau berjuang dalam menghadapi kompetisi dengan orang/tim yang mempunyai level yang superior sekalipun? Atau larut dengan kemampuan yang pas2an, dan merasa tidak bisa mengalahkan yang superior?
So, bagaimana cara mempertahankan semangat kemenangan? Dibuat simpel aja. Caranya adalah dengan mempertahankan semangat juang dengan mengabaikan segala rasa prestasi/kelebihan yang dimiliki pada saat persiapan/berjuang dalam suatu kompetisi. Serta tampil dengan tanpa beban dan tidak meremehkan semua "musuh," adalah senjata untuk menghadapi mental diri sendiri...
So, mari meningkatkan semangat juang dan belajar strategi agar bisa mengalahkan sosok yang superior itu. Sekaligus mempertahankan mental jawara dalam benak kita.
Tertarik dengan pernyataan ini???

You can answer it!! And you can do it...!!

0 comments: