Minggu, 06 Oktober 2013
08.23 WITA perjalanan menuju pantai di kawasan selatan Pulau Lombok dimulai. Rencana adalah kawasan Pantai Kuta Lombok, entah kenapa sewaktu berangkat berubah halauan untuk menuju ke kawasan pantai di dekat pantai itu yang bernama Pantai Batupayung.
Mengendarai roda 2 keluaran tahun 2008 dengan merk yang sama dengan pembalap Valentino Rossi, saya mulai meluncur di jalanan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Suasana jalanan yang relatif lengang membuat perjalanan menjadi lancar. Meski tersedia jalan raya selebar 20 meteran dengan aspal hotmix ini, namun tetap saja arus lalu-lintas di kota ini relatif sepi. Mungkin karena warganya memang memilih untuk beristirahat di rumah masing-masing... :)
Dengan laju speedometer pada sepeda motor menunjukkan kisaran 70-80 km per jam mengantarkan saya ke luar dari wilayah Kota Mataram menuju ke arah timur menuju wilayah Kabupaten Lombok Barat dalam waktu sekitar 20 menit saja. Jalan poros ini membawa ke arah membawa arah ke selatan sampai kira 20 menit kemudian saya memasuki wilayah pertigaan jalan raya yang ada patung penggembala sapi (masuk wilayah Praya, Lombok Tengah) sebagai penunjuk bahwa jika berbelok ke arah kiri, menuju ke arah Bandara Internasional Lombok (disingkat BIL) kalo lurus terus, menuju ke arah wilayah Lombok Timur. Saya memilih ke arah kiri, menuju ke arah BIL.
Jalan raya setara jalan tol, yang masing2 jalur selebar kira-kira 15 meter dan di tengah-tengahnya ada taman dan deretan tiang-tiang lampu jalan tenaga surya membuat suasana tenang dalam perjalanan ini. Namun ada semacam rasa "aneh", karena di jalan tol (Jalan By Pass) menuju bandara tidak ada kendaraan lain yang melintas kecuali sepeda motor yang saya kendarai. Kiri-kanan jalan by pass ini adalah ladang-ladang yang dikelola penduduk setempat.Dan nampak di kejauhan ada nampak ada deretan perbukitan yang gagah.
Sekitar 45 menit dari Kota Mataram, atau sekitar 18 km saya tempuh ketika saya sampai di pertigaan menuju BIL, namun tujuan saya tentunya bukan ke sana kali ini. Tujuan saya masih jauh ke selatan, ke arah pantai di selatan Pulau Lombok.
Usai mengisi bensin untuk sepeda motor saya di depan pertigaan menuju BIL, saya langsung tancap gas menuju ke arah selatan. Adventure must go on...
Melewati jalan raya beraspal hotmix dengat cat marka jalan yang masih bagus, sangat membantu mengendarai kendaraan saya saat ini. Sesekali berpapasan dengan bus-bus pariwisata, truk ukuran sedang, juga mobil-mobil jenis minibus yang saya pikir adalah angkutan travel sangat mewarnai perjalanan saya ini. Berkelok-keloknya jalan diantara semak-belukar maupun rindang pepohonan dan juga aneka ladang pertanian di kiri-kanan jalan menambah sejuk suasana. Tatkala cuaca sudah mulai terasa panas ketika saya melihat jam pada handphone saya sudah menunjukkan pukul 09.15 WITA.
Tetap saya melaju dengan kecepatan 70-80 km saat melintas di jalanan beraspal bagus ini. Sekitar 15 menit saya sampai di kawasan desa wisata SADE (=Sade dalam bahasa Sasak berarti "obat"). Nampak ada beberapa mobil wisatawan parkir di depan desa ini. Saya hanya melihat sepintas saja, karena bukan ini pula tujuan saya berpetualang kali ini.
Tancap gasss lagii....mengikuti jalan raya yang bagus nan sepi, ibarat sebuah gelas tak ada airnya...
Setelah 20 menit perjalanan dari Desa Sade, saya mendapati papan petunjuk bahwa lokasi menuju Pantai Kuta berbelok ke arah kiri.
Dan.....ahaaaaaiii..... di depan sana ada, di sebelah kanan jalan yang akan saya lintasi, ada semacam bangunan berderet-deret mirip kios di pasar dengan warna dominasi biru laut. Nampak segaaaaarrrr. Namun lebih teratur dan rapi penataannya. Sayang, di area itu masih kosong.Mungkin belum diberdayakan sebagai pasar di kawasan itu. Saya pun melintas ke jalan di sebelah kawasan deretan mirip "perumahan" sampai di ujung jalan dan bertemu dengan pertigaan.
Ahaaiii....saya langsung bisa menghirup udara laut, percampuran segar dan panas. Kelihatan tak jauh dari pandangan saya di balik deretan kios di tepi pantai, adalah Pantai Kuta dengan di samping kiri dan kanan ada semacam bukit yang menjorok ke laut (=tanjung). Sejenak saya berhenti untuk menikmati pemandangan dan suasan yang ada.
Pedagang aneka aksesoris, kaos-kaos pantai, makanan/minuman, hotel, cafe nampak jelas menjajakan aneka layanan dan jasa mereka kepada para pengunjung. Hmmm...cukup menyita perhatian juga, tatkala ada beberapa wisatawan mancanegara berseliweran memakai busana santai. Melihat-lihat kios kaos, mengendarai sepeda motor, berjalan-jalan di tengah teriknya sang mentari memakai sandal jepit dan berkaos oblong plus bercelana pendek. Seolah berada di pantai luar negerisaja...
Tidak lama kemudian, saya lanjutkan perjalanan saya ke arah timur menuju Pantai Tanjung Aan.
Eeh...ya. hampir lupa. Di pantai Kuta Lombok ini, butiran pasir pantainya dikenal unik dan bagus. Karena butiran pasirnya sebesar butiran merica beda dengan pasir-pasir pantai yang pernah saya temui (sayangnya, di perjalanan ini saya tidak membawa sedikit pasir di pantai ini).
Melewati jalan beraspal yang mulai hancur selebar 5-6 meter ini harus saya tempuh untuk menuju pantai selanjutnya. Karena pantai Kuta Lombok dan pantai Tanjung Aan tidak begitu jauh,malah seperti "tetanggaan". Sekitar 10 menit saya mengikuti jalur jalanan beraspal yang mulai hancur ini akhirnya saya temui pemandangan di kiri-kanan jalan berupa semak-belukar, di kejauhan ada perbukitan yang menjulang, dengan terpaan sinar mentari yang terik.
Pukul 10.05 WITA, Akhirnya saya temukan juga kawasan di kanan jalan berupa area parkir sepeda motor sederhana yang beratapkan ijuk (daun kelapa kering). Saya segera melajukan sepeda motor saya ke sana. Aaaaahh...legaa, akhirnya sampai juga di pantai Tanjung Aan. Sejenak setelah memarkir sepeda motor saya dengan ongkos parkir Rp 5000,- saya menuju tempat berteduh yang bentuknya sederhana. Beratapkan dedaunan ijuk, yang berderet panjang, dengan bangku panjang dari kayu, yang dibuat seadanya. Nampak bahwa kawasan pantai indah ini belum dikelola sepenuhnya oleh pemerintahdaerah setempat. Menikmati keindahan pantai Tanjung Aan ini dengan kondisi suasana masih relatif sepi pengunjung. Tak banyak kendaraan pengunjung yang terparkir di area parkir pantai wisata ini.
Salah satu sudut pemandangan Pantai Tanjung Aan
Usai sejenak menikmati suasana yang adai di Pantai Tanjung Aan ini, sejenak saya teringat saya datangke tempat ini. Yup....Batupayung!
Batupayung, nama yang unik. Entah siapa yang memberikan nama ini dan bermakna apa. Segera sayapun bertanya kepada salah seorang warga lokal di sana, dan ternyata dia seorang nelayan yang biasa mengantarkan pengunjung untuk mendatangi pantai Batupayung. Menurutnya, kenapa dinamakan Pantai Batupayung, dikarenakan di sana ada pantai yang tidak begitu panjang, tersembunyi di balik tebing dan terdapat sebuah batu raksasa yang besar, yang di bagian bawahnya lebih kecil daripada di bagian atasnya. Jika dilihat dari sisi sudut lain,secara sekilas mirip sebuah payung. Makanya dinamakan Pantai Batupayung. Terlebih, pantai itu sekarang lebih sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, setelah lokasi tersebut dipakai shooting sebuah iklan rokok.
Dan nelayan inilah yang bercerita bahwa dialah yang mengantarkan para kru pembuat iklan tersebut beserta yang membawakan aneka perlatan keperluan pembuatan iklan di pantai ini. Juga suatu kebetulan tak terduga, nelayan ini beristrikan orang dari Pati, Jawa Tengah. Dan pernah tinggal di Padang, Sumatra Barat, dan tentu saja di Pati, Jawa Tengah. Sehingga saya dan dia berbicara dengan bahasa Jawa.
Tertarik dengan keindahan Pantai Batupayung (setelah mencari di internet), dan cerita sang nelayan ini, saya ditawarkan "harga spesial" (di bawah ongkos normal) karena berasal dari Jawa untuk mengantarkan saya ke Pantai Batupayung ini dengan naik perahu, kira-kira hanya 10 menit saja.
Itupun masih bisa saya nego lagi untuk perjalanan pulang-pergi dari Pantai Tanjung Aan ke Pantai Batupayung.
Saat naik perahu bermotor, menuju Pantai Batupayung (nampak di foto ada batu karang yang berdiri kokoh di ujung tebing)
Bertiga dalam perahu yakni, saya, nelayan yang menginformasikan kepada saya tadi, dan seorang yang dipanggil "kapten" segera berangkat naik perahu bermotor kayu. Saat menaiki perahu bermotor dan merasakan goyangan-goyangan ombak di lautan, terasa angin laut membawa rasa segar dan semilir disertai percikan air laut dari ujung buritan perahu yang menerpa wajah. Benar-benar terasa berpetualang...Memang, tak lama di lautan, nampak di kejauhan sebuah batu karang yang berdiri sendiri di ujung tebing curam yang tinggi. Dan inilah yang dinamakan masyarakat sebagai Batupayung.
Usai mengantarkan saya di salah satu sisi ujung tebing, sang nelayan beserta "kapten" (yang bertugas mengendarai perahu), meninggalkan saya, dan kembali lagi setelah setengah jam kemudian.
Usai beradaptasi dengan suasana sekitar, yakni di depan saya ada tebing kokoh yang sangat tinggi, di bawahnya ada hempasan ombak sedang dengan kondisi pasir pantainya sangat lembut sangat menggugah saya untuk mengambil beberapa spot foto untuk saya abadikan. Dan saya segera berjalan menuju ujung tebing besar dengan melewati bebatuan karang yang cukup terjal dan harus hat-hati karena hempasanombak yang terus-menerus.
Dan dibalik tebing tersebut saya terpukau dengan apa yang saya lihat...... sungguh luar biasa...
ternyata inilah yang dinamakan pantai Batupayung itu...
Salah satu sudut pemandangan Pantai Batupayung yang mempesona
Sungguh luar biasa memang pemandangannya...
Setengah jam dari penjemputan perahu bermotor saya manfaatkan dengan mengambil sebanyak mungkin foto tentang pantai dengan karang yang kokoh berdiri ini. Batu karang yang berwarna kekuningan tanpa tumbuhan dengan di bawahnya berupa pasir yang lembut serta hempasan ombak sedang membawa suasana keindahan akan ciptaan Sang Kuasa...
Pantas saja tempat ini cocok dibuat sebagai salah satu pembuatan iklan rokok yang settingnya saat sore hari....
Sekitar satu jam kemudian (karena setengah jam ditunggu-tunggu perahu penjemput belum datang), akhirnya muncul juga dengan membawa 14 orang penumpang dengan tujuan sama, yakni pantai Batupayung. Saat saya datang, suasana pantai ini masih sepi, hanya saya sendiri di pantai ini. Saat saya akan kembali ke pantai pemberangkatan baru pantai ini ramai akan pengunjung. Jadi semakin siang,semakin ramai....huffttt.... beruntunglah saya bisa menjadi "penguasa" untuk beberapa lama untuk mengabadikan sebanyak mungkin dan menikmati suasana pantai ini selama beberapa menit di pantaiini...hehehee....
Dan menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi saya, yang kebetulan membawa bendera dari tim sepakbola dari kota saya, Malang, yaitu Arema Indonesia, yang saya bentangkan juga di tempat yang sangat indah di ujung selatan Pulau Lombok ini....
Uniknya, saat saya membentangkan bendera Arema Indonesia kemudian saya ambil angle spot untuk foto-foto saya, ternyata ada pengunjung yang "numpang" mengambil spot bendera Arema Indonesia saya ini. Bahkan, ada kejadian membuat saya senang, yakni seorang pengunjung yaitu bapak beserta istrinya terang-terangan minta ijin kepada saya untuk mengambil spot angle bendera Arema Indonesia untuk difotonya di Tablet-nya.
Demikianlah kisah perjalanan kali ini oleh seorang Aremania dari Malang di ujung selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Semoga di lain waktu dan kesempatan, bisa menjelajah di tempat lain dengan kisah menarik lagi...
Aremania takkan ke mana-mana, tapi ada di mana-mana...Salam Satu Jiwa!!
1 comments:
Kenapa Umat Islam harus Bisa Baca Qur'an
Cara Membuat Resume Online Keren dan Menarik
Makna Mimpi Bertemu Ular Menurut Ibnu Sirin
Post a Comment